ORTODONSIA (Catatan UKMP2DG)

Pergerakkan Gigi
Syarat:
  • Harus ada gaya (Force): Didapatkan dari alat ortodonsia (Lepasan, cekat, myofunctional).
  • Harus ada ruangan (Space).
  • Tidak boleh ada hambatan (No Resistance).
    • Gigi, alat yang dipakai, lesi periapikal.
Jaringan periodontal baik dan sehat --> Gigi bisa bergerak (Vital dan Non vital).

Teori Pergerakkan Gigi
  • Teori Piezoelektrik.
    • Kristal kolagen didalam ligamen periodontal, saat menerima gaya, maka akan saling bergesekkan. Gesekkan ini menghasilkan arus listrik. Arus listrik inilah yang menggerakkan gigi.
    • Terbantahkan: Arus listrik tidak signifikan.
  • Bone-Bending Theory.
    • Ketika gigi menerima gaya, permukaan korteks tulang akan ditarik oleh ligamen periodontal. Saat tertarik, maka korteks bisa melengkung / bengkok. Kelengkungan ini yang akan memicu pergerakkan gigi.
    • Terbantahkan: Gaya yang dipakai kecil namun tulang rigid.
  • Pressure Tention Theory.
    • Sisi yang mengalami tekanan adalah sesuai dengan arah gaya.
    • Jika gigi ditekan kearah labial, maka sisi yang mengalami tekanan adalah sisi labial.
      • Sisi yang mengalami tekanan akan kekurangan oksigen (Inflamasi) --> Hipoksia --> Sel rusak --> Membran sel pecah --> Fosfolipase --> Asam arachidonat --> enzim COX 1 dan COX 2 --> Prostaglandin --> Osteoklas teraktivasi --> Resorbsi tulang.
    • Sisi palatal meregang / tention.
      • Sisi yang meregang, ligamen tertarik --> Pembuluh darah melebar --> Memicu aposisi tulang.
    • Resorbsi dan aposisi --> Perubahan posisi soket --> Gigi bergerak.
    • Inflamasi yang terjadi adalah inflamasi steril karena tidak disebabkan karena toksin bakteri.
      • Tidak boleh diberikan obat anti-inflamasi. Jika diberikan, maka enzim COX1 dan COX2 tidak muncul, maka porstaglandin tidak terbentuk dan tidak ada osteoklast yang teraktivasi --> Tidak ada resorbsi tulang.

Jenis Resorbsi
  • Jika gaya yang diberikan terlalu besar, maka mediator inflamasi juga banyak --> Yang mengalami resorbsi adalah tulang spongiosanya --> Resorbsi undermining (Resorbsi tulang spongiosa akibat gaya yang diberikan terlalu besar) --> Resorbsi terjadi dibawah korteks tulang. 
  • Resorbsi yang diharapkan = Resorbsi frontal = Resorbsi di permukaan tulang / korteks tulang yang berhadapan langsung dengan akar.

Diagnosis Ortodonsia
  • Skeletal --> Perlu nilai ANB. Jika tidak ada, maka tidak dapat ditentukan.
    • SNA: Sudut yang menggambar hubungan maksila terhadap basis kranii dari arah anterioposterior.
      • Normal: 80-84 derajat --> Ortognati.
      • Lebih besar --> Prognati.
      • Lebih kecil --> Retrognati.
    • SNB: Sudut yang menggambar hubungan mandibula terhadap basis kranii dari arah anterioposterior.
      • Normal: 78-82 derajat --> Ortognati.
      • Lebih besar --> Prognati.
      • Lebih kecil --> Retrognati.
    • ANB: Sudut yang menggambarkan hubungan mandibula terhadap maksila dari arah anterioposterior.
      • Normal: 0-4 derajat --> RB Ortognati --> Hubungan skeletal kelas 1.
        • Maloklusi skeletal kelas 1 bimaksillary prognati (SNA dan SNB Prognati dengan ANB normal).
        • Maloklusi skeletal kelas 1 bimaksillary retrognati (SNA dan SNB Retrognati dengan ANB normal).
      • Lebih besar --> RB Retrognati --> Hubungan skeletal kelas 2.
      • Lebih kecil --> RB Prognati --> Hubungan skeletal kelas 3.
  • Dental --> Hubungan molar 1 tetap kanan dan kiri. Mesiobucal cusp M1 RA terhadap bucal groove M1 RB.  Jika tidak ada, maka tidak dapat ditentukan.
    • Klasifikasi Martin-Dewey --> Bisa dicampur untuk tipenya.
    • Kelas 1 / Neutroklusi.
      • Tipe 1: Crowding anterior. 
        • Pasien merasa gigi berantakan / berjejal.
      • Tipe 2: Protrusi anterior. 
        • Dilihat dari inklinasi.
        • Tidak bisa dari overjet saja.
      • Tipe 3: Crossbite anterior.
        • Overjet minus (-).
      • Tipe 4: Crossbite posterior.
      • Tipe 5: Mesial drifting molar.
    • Kelas 2 / Distoklusi.
      • Divisi 1: Overjet besar, inklinasi insisif proklinasi.
      • Divisi 2: Overjet normal, deepbite, inklinasi I1 retroklinasi, inklinasi I2 proklinasi.
      • Subdivisi: Hubungan di salah satu sisi normal, sisi lainnya terdapat kelainan.
        • Bisa untuk kelas 2 atau kelas 3. 
    • Kelas 3 / Mesioklusi.
      • Tipe 1: Edge to edge.
        • Overjet: 0.
        • Overbite: 0
      • Tipe 2: Crowding anterior RB, Overjet normal.
      • Tipe 3: Crossbite anterior.
        • Overjet minus (-).
      • Pseudo kelas 3 = Hubungan dental neutroklusi, namun profil cekung.
Arah Berdasarkan Bidang.
  • Sagital / Anteroposterior.
    • Crossbite anterior.
    • Mesioversi gigi posterior.
    • Overjet.
  • Tranversal / Horizontal --> Bukal - Palatal.
    • Crossbite posterior.
    • Diastema.
    • Scissor bite --> Permukaan palatal gigi posterior atas berkontak dengan permukaan bukal posterior bawah.
    • Mesioversi gigi anterior.
  • Vertikal --> Naik turun.
    • 1/3 wajah bawah lebih panjang.
    • Openbite.
    • Deepbite.
    • Intrusi.
    • Ekstrusi.
    • Overbite.
Jenis Gigitan
  • Overjet --> Jarak gigit --> Nilai normal 2-4 mm.
    • Overjet minus = Crossbite anterior.
  • Overbite --> Tumpang gigit --> Nilai normal 2-4 mm.
    • Overbite 0 = Edge to edge
    • Overbite lebih dari 0, kurang dari 2 = Shallow bite.
    • Overbite kurang dari 0 = Open bite.

Analisa Jaringan Lunak
Foto dari samping.
  • Grabber: Kedudukan bibir atas dan bawah terhadap garis glabella - pogonion.
    • Cembung: Bibir didepan garis.
    • Datar: Bibir tepat di garis.
    • Cekung: Bibir dibelakang garis.
  • Ricketts (E-Line): Garis dari pronasal (Diujung hidung) ke pogonion.
    • Bibir atas lebih dari 4 mm didepan garis = Cembung.
    • Bibir atas terletak 2-4 mm didepan garis; Bibir bawah 1-2 mm dibelakang garis = Lurus.
    • Bibir bawah lebih dari 2 mm didepan garis = Cekung.
  • Steiner (S-Line): Garis dari titik subnasal (Titik di tengah kurva S hidung) menuju pogonion.
    • Bibir atas lebih dari 4 mm didepan garis = Cembung.
    • Bibir atas terletak 2-4 mm didepan garis; Bibir bawah 1-2 mm dibelakang garis = Lurus.
    • Bibir bawah lebih dari 2 mm didepan garis = Cekung.
Kiri: E-Line ; Kanan: S-Line


Ls (Labial Superior) ; Li (Labial Inferior)
  • Analisa Profil
    • Menggunakan 2 garis: 
      • Glabella - Sudut anterior bibir RA.
      • Sudut bibir anterior RA - Pogonion.
    • Nilai:
      • Cembung: <180 derajat.
      • Cekung: >180 derajat.
      • Datar / Lurus: 180 derajat

Indeks Kepala
(Lebar kepala (Bitemporal) / Panjang kepala (Oksipital - Frontal)) x 100.
  • Cari kontur yang paling prominent.
  • Alat ukur: Spreading caliper.
  • Nilai normal Mesocephalic
    • Dolichocephalic = Lebih kecil dari nilai normal, Kepala berbentuk O lonjong.
    • Brachycephalic = Kepala berbentuk segitiga, gepeng.

Index Wajah 
(Tinggi wajah (Nasion - Gnation) / Lebar bizigomatik) x 100.
  • Nilai normal Mesoprosop
    • Euryprosop = Lebih kecil dari nilai normal, Pendek.
    • Leptoprosop = Lebih besar dari nilai normal, Lonjong.

Analisa Radiograf
  • Pola skeletal
    • Down 
      • Facial Angle = FHP dengan garis nasion-pogonion.
        • Normal = 82-95 derajat.
        • Lebih kecil = Letak pogonion mundur, semakin kecil sudutnya, maka skeletal kelas 2.
        • Lebih besar = Letak pogonion maju, semakin besar sudutnya, maka skeletal kelas 3.
      • Angle of Convexity = Sudut dari garis NA dan A-Pogonion
        • A Lebih besar kedepan / Tanda (+) = Wajah cembung.
        • A Lebih kecil atau besar kebelakang / Tanda (-) = Wajah cekung.
    • Steiner --> Lihat kedudukan 
      • SNA
      • SNB
      • ANB
    • Tweed
      • Sudut FMA / FMPA (Franfort Mandibula Plane Angle)
        • FHP dan bidang mandibula.
        • Pertumbuhan 1/3 wajah bawah, dalam arah posteroanterior.
        • Nilai normal: 22-28 derajat.
        • Lebih besar = Menton ke bawah --> Pertumbuhan wajah lebih besar dari normal --> Muka wajah pasien panjang.
        • Lebih kecil = Menton lebih naik --> Pertumbuhan wajah lebih pendek dari normal --> Muka wajah braki
      • Sudut IMPA (Insisif Mandibular Plane Angle) 
        • Sumbuh panjang insisif RB dengan bidang mandibula.
        • Nilai normal = 85-95 derajat. 
        • Lebih besar = Insisif makin kedepan --> Proklinasi.
        • Lebih kecil = Insisif makin kebelakang --> Retroklinasi.
      • Sudut FMIA (Frankfort Mandibular Incisive Angle)
        • FHP dengan sumbu panjang insisif RB.
        • Nilai normal = 63-67 derajat. 
        • Lebih besar = Sumbu panjang gigi makin tegap / retroklinasi.
        • Lebih kecil = Gigi semakin proklinasi.
      • Jumlah sudut harus: 180 derajat.
  • Pola Dental
    • Down 
      • Interincisal = Sudut antara sumbu panjang insisif atas dan sumbu panjang insisif bawah.
        • Normal = 130 - 130,5 derajat.
        • Lebih besar = Retroklinasi.
        • Lebih kecil = Proklinasi.
    • Steiner
      • Interincisal
        • Normal 130-140 derajat. 
        • Lebih besar: Retroklinasi.
        • Lebih kecil: Proklinasi.
      • INA
        • Nilai angular: Sudut sumbu panjang gigi insisif atas terhadap garis NA.
          • Normal: 22 derajat.
          • Lebih besar: Proklinasi.
          • Lebih kecil: retroklinasi.
        • Nilai linear: Jarak antara garis NA terhadap bagian labial insisif atas.
          • Normal: 4 mm.
          • Lebih besar: Proposisi.
          • Lebih kecil: Retroposisi.
      • INB
        • Nilai angular: Sudut sumbu panjang gigi insisif bawah terhadap garis NB.
          • Normal: 25 derajat.
          • Lebih besar: Proklinasi
          • Lebih kecil: Retroklinasi
        • Nilai linear: Jarak antara garis NB terhadap bagian labial insisif bawah.
          • Normal: 4 mm.
          • Lebih besar: Proposisi.
          • Lebih kecil: Retroposisi.
    • Rakosi (ISN) / U1-SN
      • Inklinasi insisif atas terhadap basis kranii
      • Nilai normal: 98-110 derajat. 
      • Lebih besar = Proklinasi.
      • Lebih kecil = Retroklinasi.
    • Tweed

Bad Habit
  • Thumb Sucking: Lengkung gigi atas kontraksi, palatum dalam, insisif atas proklinasi, insisif bawah retroklinasi.
    • Keparahan: 
      • Durasi: Sudah dari usia berapa kebiasaan berlangsung.
      • Frekuensi: Terulang sehari berapa kali.
      • Intentitas: Berapa besar gaya yang dihasilkan setiap kebiasaan buruk.
    • Alat: Tongue / Palatal crib.
  • Mouth Breathing: Lidah dipalatum, bentuk palatum mengikuti lidah, palatum bisa kedalam karena lidah tidak menyentuh palatum dan tidak ada guidance, inklinasi insisif RB proklinasi, Insisif RA proklinasi, bimaksillary protrution, gingivitis.
    • Pertumbuhan Maksila: ke lateral dan superior
    • Tes:
      • Nares reflex: Cuping hidung kembang kempis (+) --> MB.
      • Mirror test: Double sided mirror, diletakkan dibawah hidung. Jika yang berembun di dekat hidung, maka dia MB.
      • Water test: Pasien menahan air di mulut. Jika tidak bisa menahan air di mulut, maka pasien MB.
      • Cottom butterfly: Kasih kapas dibawah hidung, jika bergerak maka hasil test (+), dan nafas dari hidung.
    • Rujuk dulu ke THT.
    • Alat: Oral screen.
  • Tongue Thrusting / Meletakkan Lidah Ke Depan: Secara fisiologis, menelan dengan menjulurkan lidah.
    • Riga fede = penyebab dari natal teeth dan neonatal teeth. Fisiologis menjulurkan lidah untuk menelan, tapi karena ada natal teeth / neonatal teeth, maka menyebabkan ulser bernama riga fede.
    • Infantile swallowing = Normal sampai 6 bulan.
    • Jika lebih dari 6 bulan, maka kebiasaan ini disebut bad habit tongue trusthing.
    • Inklinasi insisif RA RB proklinasi, open bite, ada multiple diastema, tidak ada kelainan di palatum.
    • Alat: Tongue crip.
  • Lip Sucking.
    • Upper = Inklinasi insisif RB proklinasi, insisif RA retroklinasi.
      • Alat: Lip bumper atas.
      • Tujuan: Protrusi insisif RA ke labial.
    • Lower = Insisif RB retroklinasi,  Insisi RA proklinasi.
      • Alat: Lip bumper bawah.
      • Tujuan: Protrusi insisif RB ke labial.

Kurva Imajiner 
  • Spee: Garis imajiner dari insisal edge ke puncak cusp bukal.
  • Wilson: Garis imajiner yang menghubungkan puncak cusp molar kedua sisi rahang.
  • Monson: Garis imajiner yang merupakan kombinasi kurva Spee dan Wilson.
  • Antimonson: Kebalikan dari kurva Monson yg arahnya konveks ke arah atas.
  • Kompensasi: Kurva yang dibentuk dalam arah antero-posterior maupun lateral dari bidang oklusal yang digunakan sebagai pedoman untuk membentuk oklusi seimbang (contoh: Spee, Wilson, Monson).

Perawatan Ortodontik

Jenis
  • Preventive.
    • Space maintainer.
    • Restorasi gigi desidui
  • Interseptif.
    • Pergerakkan gigi sederhana (Tipping)
  • Myofunctional --> Usia Pertumbuhan.
    • Majuin RA: Facemask, Reverse Headgear.
    • Majuin RB: Aktivator / Bionator / Monoblok / Twinblock.
    • Munduruin RA: Headgear.
    • Munduruin RB: Chin cap.
    • Frankl Appliance
      • Frankl 1: 
        • Skeletal kelas 1 yang cenderung kelas 2 (Masa pertumbuhan dengan SNA 84 derajat).
        • Skeletal kelas 2, divisi 1.
      • Frankl 2: Skeletal kelas 2, divisi 1 dan 2.
      • Frankl 3: Skeletal kelas 3.
      • Frankl 4: 
        • Wajah divergen.
        • Anterior openbite.
        • Muka hiperdivergen --> Lebih dari normal --> Muka panjang.
  • Kuratif.
    • Pergerakkan gigi kompleks (Bodily,dll)

Jenis Perawatan Lain
  • Adjunctive: Perawatan tambahan diluar orto untuk memaksimalkan hasil perawatan.
    • Pemasangan gigi tiruan.
    • Veneer.
  • Kamuflase: Pasien yang memiliki kelainan rahang, namun tidak mau dilakukan perawatan bedah. Memperbaiki penampilan.
    • Kelas 3 skeletal.

Fase Perawatan
  • Aktif: Menggerakkan gigi secara aktif.
  • Pasif: Tidak dilakukan pergerakan untuk mempertahankan posisi akar agar tidak terjadi relapse.

Faktor yang Mempengaruhi Prognosis Kasus
  • Usia pasien.
  • Kooperatif pasien.
  • Habit pasien.
  • Berat ringannya maloklusi.

Jenis Pergerakkan Gigi
  • Bodily / Translasi: Koronal dan apikal bergerak ke arah yang sama. 
    • Alat orto cekat.
  • Control Tipping: Mahkota yang bergerak, apikal diam.
    • Alat orto cekat.
  • Uncontrol Tipping: Mahkota bergerak ke labial, apikal bergerak ke palatal.
    • Alat orto lepasan.
  • Torquing / Root Uprighting: Mahkota diam, apikal bergerak.
    • Alat orto cekat.

Besar Gaya untuk Pergerakkan
Alat pengukuran gaya: Gauge dynamometer
  • Tipping: 35-60 gm.
  • Rotasi: 36-60 gm.
  • Ekstrusi: 35-60 gm.
  • Bodily: 70-120 gm.
  • Root uprighting: 50-100 gm.
  • Intrusi: 10-20 gm.

Jenis Kelainan Maloklusi Gigi
  • Versi = Semua sisi mahkota gigi bergerak ke 1 arah.
    • Labioversi, Palatoversi, Mesioversi, Distoversi.
  • Torsi / Rotasi Sentrik = 2 sisi bergerak ke arah yang berlawanan.
    • Mesiopalato Torsi, Distolabio Torsi.
  • Torsoversi / Rotasi Eksentrik= 1 sisi saja yang berubah arah.
    • Mesiopalato Torsoversi.

Rencana Perawatan
Dituliskan ingin menggerakkan gigi kearah mana, tidak perlu mencantumkan alat terlebih dahulu.
Contoh:
  • Gigi 11 Mesioversi.
    • Dorong gigi 11 ke arah distal.
  • Gigi 11 Mesiolabial Torsi.
    • Dorong sisi mesial gigi 11 ke palatal dan dorong sisi distal gigi 11 ke labial.
  • Gigi 11 Mesiolabial Torsoversi.
    • Dorong sisi mesial gigi 11 ke palatal.
Couple Force = 2 Gaya perbaikan yang bergerak berlawanan arah pada 1 gigi --> Kelainan Torsi.

Jenis Gaya
  • Gaya Fungsional: Bekerja saat fungsi pengunyahan atau stomatognati.
  • Gaya Mekanik: Wire. Tanpa menjalankan fungsi pengunyahan, wire tetap memberikan gaya karena ada sifat resiliens.
  • Gaya Ortopedik: Memodifikasi pertumbuhan tulang.
  • Gaya Intermittent: Gaya yang continious.
  • Gaya Dissipating: Gaya yang hilang pada periode tertentu, dan saat aktivasi akan muncul kembali gayanya. Contoh: Pemasangan alat orto lepasan yang tidak teratur.

Komponen Alat 

1. Retensi 
Kawat 0,8 mm
  • Adams clasp.
    • Gigi yang memiliki undercut adekuat --> Undercut dalam.
  • Ball clasp.
    • Retensi tambahan untuk pasien dengan undercut sedikit. 
    • Dipasang disebelah Adams clasp.
  • Arrowhead clasp.
    • Gigi M1 yang partially erupted.
  • Letak ada dibawah titik kontak, di embrasure gigi --> Tidak menekan jaringan lunak.
Kiri atas: Arrowhead; Kanan atas: Ball; Kanan bawah: Adam.

2. Aktif

  • Mesialisasi / Distalisasi 1 Gigi Anterior: 0,6 mm.
    • Alat: Finger spring / Finger coil / Kantilever tunggal / Single cantilever.
    • Aktivasi: Membesarkan loop.
  • Labialisasi 1 Gigi Anterior: 0,6 mm.
    • Alat: Z-Spring / Bumper terbuka / Kantilever ganda / Kantilever terbuka.
    • Aktivasi:
      • Membesarkan loop yang dekat dengan permukaan gigi --> Menggerakkan salah satu sisi (Mesial atau distal saja).
      • Membesarkan kedua loop untuk menggerakkan kedua sisi mesial dan distal.
  • Labialisasi 2 Gigi Anterior atau Bukalisasi 1 Gigi posterior: 0,6 mm.
    • Alat: T-Spring / Bumper tertutup / Kantilever tertutup / Continue spring.
    • Aktivasi: Membuka kedua loop.
  • Labial Bow (Aktif = 0,7 mm, Pasif = 0,8 mm).
    • Pergerakkan:
      • Retraksi anterior = Bar diletakkan di 1/3 tengah.
      • Intrusi anterior. = Bar diletakkan di 1/3 insisal.
      • Ekstrusi anterior = Bar diletakkan di 1/3 servikal.
    • Jenis Short:
      • Shoulder ada diantara C dan P1.
      • Tidak menggerakkan C.
      • Aktivasi dengan mengecilkan U-Loop.
    • Jenis Long
      • Shoulder ada diantara P1 dan P2 / Distal C / Nyambung ke Adams clasp.
      • Mau menggerakkan C.
      • Aktivasi dengan mengecilkan U-Loop.
    • Jenis Reverse
      • Ada multiple diastema.
      • Aktivasi dengan membesarkan Loop.
    • Jenis Split
      • Menarik gigi 11 dan 21 ke midline.
Kiri atas: Short; Kanan atas: Long; Kiri bawah: Reverse; Kanan bawah: Split.

3. Pasif
  • Berperan untuk mempertahankan posisi yang sebelumnya telah digerakkan oleh alat aktif.

4. Plat Akrilik

  • Perluasan hingga batas distal gigi molar pertama.

Contoh Kasus Penutupan Diastema
  • Inklinasi yang salah (Terlalu proklinasi) --> Retraksi gigi anterior ke palatal dengan labial bow.
  • Inklinasi benar, posisi yang salah (Terlalu distal) --> Distalisasi ke mesial dengan koil.
  • Inklinasi benar, posisi benar, ukuran gigi terlalu kecil --> Veneer.
  • Usia mix dentition, C belum erupsi, frenulum mendekati servikal --> Observasi.
  • Usia mix dentition, C telah erupsi sempurna, frenulum mendekati servikal --> Frenektomi.

  • Moyers.
    • Memprediksi C, P1, P2 dengan prediktor 4 gigi insisif bawah.
    • Available space - Required space.
      • Available: Ukuran ruangan yang ada di rahang pasien.
      • Required: Menggunakan prediktor dari 4 gigi insisif bawah.
    • Tidak boleh untuk gigi partially erupted / belum erupsi sama sekali.
      • Ukur dengan perhitungan Hukaba = Lebar gigi asli yang sudah erupsi / Lebar gigi radiograf yang sudah erupsi : Lebar gigi asli yang belum erupsi / Lebar gigi radiograf yang belum erupsi.
Menggunakan Prediktor 75% = Atas untuk RB; Bawah untuk RA.
Pembulatan keatas.
  • Pont.
    • Apakah gigi dapat dilakukan ekspansi.
    • Tulang rahang lebih kecil dari lengkung gigi = Tidak boleh ekspansi.
  • Korkhous.
    • Apakah gigi dapat dilakukan ekspansi.
    • Tulang rahang lebih kecil dari lengkung gigi = Tidak boleh ekspansi.
  • Howes.
    • Apakah gigi dapat dilakukan ekspansi.
    • Tulang rahang lebih kecil dari lengkung gigi = Tidak boleh ekspansi.
  • Thompson dan Brodie.
    • Menganalisa penyebab deepbite.
      • Anterior ektrusi / supraklusi.
      • Posterior intrusi / infraklusi.
  • Kesling.
    • Model studi dipisahkan masing-masing regio, lalu disusun kembali dengan benar hingga P1. 
    • Dilihat apakah P2 dapat dimasukkan ke sisa ruangan yang tersedia.
    • Jika tidak bisa masuk, maka terdapat kekurangan ruang.
    • Jika bisa masuk, maka ruangan sesuai.
    • Jika bisa masuk dan berlebih, maka ruangan berlebih.
  • ALD: Available space - Required space.

Metode Analisis Ruang / Space Analysis (Sumber Lain)
  • Nance
    • available space: ukur lengkung dengan brass wire dari mesial M1 ke mesial M1
    • required space: ukur jumlah mesio-distal gigi dengan jangka
    • kebutuhan ruang=available-required
    • Gigi yang dipakai:  dC dM1, dan dM 2.
  • Huckaba
    • rumus: (lebar gigi asli yg sudah erupsi/lebar gigi radiograf yg sudah erupsi)=(lebar gigi asli yg belum erupsi/lebar gigi radiograf yang belum erupsi)
  • Moyers
    • available: ukur jarak distal I2 ke mesial M1
    • required: 4 gigi insisif tetap bawah, cari di tabel prediksi
    • kebutuhan ruang=available-required
  • Pont
    • available: measured value, ukur jarak P1-P1 (titik terdistal mesial fossa), M1-M1 (titik tengah central fossa) 
    • required: menggunakan 4 gigi atas permanen lalu dimasukkan ke rumus 
    • rahang dikatakan kontraksi jika: 
      • MPV<CPV (artinya lengkung premolar lebih kecil dari seharusnya, dapat dilakukan ekspansi)
      • MMV<CMV (artinya lengkung molar lebih kecil dari seharusnya, dapat dilakukan ekspansi) 
    • rahang dikatakan distraksi jika
      • MPV>CPV (artinya lengkung premolar lebih besar dari seharusnya, tidak perlu dilakukan ekspansi)
      • MMV<CMV(artinya lengkung molar lebih besar dari seharusnya, tidak perlu dilakukan ekspansi)
  • Korkhaus
    • tentukan tinggi lengkung ideal lewat tabel Korkhaus 
    • ukur tinggi lengkung dengan
      • 1. horizontal di titik P1-P1 Pont, penunjuk basal rahang didekatkan sampai menempel pada tepi terdepan basis alveolar setinggi apeks gigi insisivus sentral (titik A Steiner) untuk dapat tinggi basal, tarik sampe menyentuk permukaan labial insisif untuk dapat tinggi lengkung
      • 2. Diskrepansi tinggi lengkung gigi: bandingkan pengukuran dengan data tabel (Indeks Korkhaus) 
      • 3. Lengkung gigi pasien kearah anterior : 
      • 4. normal: Indeks Korkhaus=pengukuran
      • 5. protruded: Indeks Korkhaus < pengukuran
      • 6. retrudes: Indeks Korkhaus > pengukuran
  • Howes
    • mengetahui lebar lengkung gigi  dan lengkung basal dengan prediktor jumlah lebar mesiodistal gigi-gigi dari M1 – M1
      • 1. Ukur lebar mesiodistal gigi-gigi dari M1 – M1
      • 2. Ukur lebar lengkung gigi: ukur jarak inter P1 pada titik bagian dalam cusp bukal gigi P1 kanan kiri
      • 3. Hitung indeks Premolar: (lebar inter P1/ jumlah lebar mesiodistal M1- M1) x 100
      • 4. Ukur lebar lengkung basal: ukur jarak interfossa canina (titik pada basis alveolar setinggi apeks gigi P1 kanan dan kiri)
      • 5. Hitung indeks fossa canina pasien: (lebar inter fossa canina/jumlah lebar mesiodistal M1- M1) x 100
    • Interpretasi:
      • Indeks Premolar >43% (normal)
      • Indeks Fossa Canina >44% (normal)
  • Indeks Fossa Canina
    • <37%: ekstraksi
    • 37-44%: borderline
    • >44%: ekspansi
  • Thomson Brodie
    • untuk mengetahui penyebab deepbite
      • 1. Wax dilunakkan letakkan wax di atas permukaan oklusal P dan M salah satu rahang atau kanan dan kiri
      • 2. Pasien disuruh gigit wax sampe kedudukan profil muka penderita pada keseimbangan: Nasion-Spina Nasalis Anterior= 43% Nasion-Menton 
      • 3. Setelah wax keras dilihat regio anteriornya
    • Interpretasi
      • Jika deepbite hilang, wax masih tebal: infraklusi gigi-gigi P & M
      • Jika deepbite masih ada, wax kegigit habis: supraklisi gigi-gigi anterior
  • Kesling
    • Elemen gigi satu sisi rahang I1-P2 di gergaji, susun sesuai susunan gigi yang diharapkan
    • Interpretasi
      • Jika P2 nya bisa masuk berarti nggak ada kekurangan ruang
      • Jika P2 nya nggak bisa masuk, selisih ruang dan ukuran mesio-distal P2 adalah kebutuhan ruangnya
  • Analisis Bolton:
    • [Jumlah 12 gigi mandibula (M1-M1)/Jumlah 12 gigi maksila (M1-M1)]x100%
    • Patokannya 91,3% standar deviasinya 1,91
      • kalo kurang dari nilai tersebut berarti kelebihan materinya (mesio-distal) di maksila
      • kalo lebih dari nilai tersebut berarti kelebihan materinya (mesio-distal) di mandibula

Cara Memperoleh Ruang

A. Metode Non Ekstraksi - Kurang dari 4 mm / kuadran.
Dilakukan secara bertahap, dilihat dari kemungkinan yang ada dan dimulai dari less invasive menuju invasive, yakni: Protraksi - Ekspansi - Slicing - Distalisasi.
  • Protraksi Anterior.
    • Inklinasi anterior RA retroklinasi.
  • Ekspansi.
    • Harus ada hasil analisa --> Pont, Corhourse, Howes 
      • Lengkung gigi lebih kecil dari basal, ada kontraksi lengkung.
    • Indikasi:
      • Inklinasi anterior RA proklinasi.
      • Lengkung gigi RA lebih kecil dari RB.
      • Lengkung gigi RA sama dengan RB (Saat istirahat, berubah menjadi hubungan antar tonjol).
    • Jenis:
      • Anteroposterior / Sagital.
        • Crossbite anterior.
        • Retroklinasi anterior.
        • Mesial tipping gigi molar. 
        • Space maintainer aktif.
      • Transversal / Medilateral.
        • Lateral
          • Paralel
            • Lengkung anterior dan posterior terdorong ke samping.
            • Konstraksi lengkung rahang keseluruhan.
          • Non-paralel / Radial
            • Mendorong segment anterior saja ke arah lateral.
            • Lengkung anterior saja yang kontraksi.
            • Ada pengunci di belakang landasannya / Tie bar.
        • Kesimetrisan
          • Simetri
            • Mendorong sisi kanan dan kiri sama besar.
            • Untuk crossbite posterior 2 sisi.
          • Asimetri
            • Hanya satu sisi saja yang didorong.
            • Untuk corssbite posterior 1sisi.
Kiri atas: Lateral Paralel Simetris; Kiri bawah: Lateral Paralel Asimetris.

Kiri: Lateral Radial / Non-Paralel Asimetris; Kanan: Lateral Radial / Non-Paralel Simetris.

  • Proksimal Stripping / Slicing.
    • Tidak ada analisa, tidak ada inklinasi.
    • Ketika tidak bisa proklinasi anterior dan ekspansi.
    • Setiap sisi maksimal 0,25 mm.
  • Distalisasi Molar.
    • Sangat lama dan jarang digunakan.
B. Metode Ekstraksi - Lebih dari sama dengan 4 / kuadran.

Bite Plane
  • Anterior Flat Biteplane (A).
    • Intrusi Posterior --> Kondisi posterior tidak berkontak, maka harus ekstrusi posterior --> Revisi deepbite karena posterior terlalu intrusi.
    • Crossbite posterior --> Kombinasi ekspansi lateral dan anterior flat bite plane.
  • Maxillary Inclined Biteplane (B).
    • Mengkoreksi insisif RB yang retroklinasi.
  • Mandibular Inclined Biteplane (C).
    • Mengkoreksi Crossbite anterior --> insisif RA yang retroklinasi.
  • Cved Biteplane (D).
    • Mengintrusi gigi insisif RA dan RB.
    • Kasus deepbite karena anterior yang ekstrusi / supraklusi.
  • Holo Bite Plane (E). 
    • Bagian kosong ditempelkan pegas / z-spring.
    • Kasus inklinasi insisif RA retroklinasi, insisif RB ekstrusi.
Ekstrusi dan Intrusi dilihat dari Kurva Spee.

Kasus:
  • Free way space lebih besar dari overbite, maka tidak perlu peninggian gigitan.
  • Free way space lebih kecil sama dengan overbite, maka perlu peninggian gigitan.
  • Tidak diberitahukan free way space, maka gunakan peninggi gigitan.

Crossbite Anterior

Crossbite anterior di usia muda dapat menyebabkan maloklusi kelas 3 karena menghambat pertumbuhan antero-posterior rahang atas. 

Konsep perawatan: Harus mendorong gigi kearah anterior.

Maka diperlukan perbaikan dengan cara:
  • Tongue Blade.
    • Pasien kooperatif.
    • Gigi yang mengalami corssbite baru partially erupted.
    • Mengigit tongue blade, satu gigi saja.
  • Reverse Stainless Steel Crown.
    • Koreksi crossbite anterior.
    • M1 partially erupted.
    • Bagian cembung SSC diletakkan di palatal.
  • Inclined Bite Plane.
    • Inclined bite plane diletakkan dibawah
    • M1 tetap telah erupsi sempurna.
    • Pasien yang tidak koop.
  • Posterior Flat Bite Riser.
    • Kooperatif.
    • Dikombinasikan dengan Z-Spring dan Sagittal Expansion.
    • Tidak bisa sendiri, harus dikombinasikan.
      • Dengan bumber terbuka / Z-Spring.
      • Dengan ekspansi ke arah sagital.
Kiri atas: Reverse SSC; Kanan atas: Inclined Bite Planed; Kanan bawah: Posterior Bite Riser.

Crossbite Posterior 
Lengkung basal yang diperbaiki.
  • Apakah ada kebiasaan menghisap ibu jari?
    • Ya --> Quad Helix, Fisher Screw.
    • Tidak --> Double U  / W-Arch, Quad Helix.
  • Sutura mediana palatania apakah sudah nutup?
    • Sudah: Double U / W- Arch, Unequaled Quad Helix.
    • Belum: Ekspansi dengan Jackscrew.
    • Pemeriksaan: Foto sefalometri lateral; CVM (Cervical Vertebrae Maturity Scale); Foto tulang karpal.

Perkembangan Oklusi
Hubungan molar 2 sulung dengan molar 1 tetap.
  • Distal step --> Distoklusi.
  • Mesial step --> Mesiostep.
  • Flush terminal plane --> Neutroklusi / Cusp to Cusp.

Keseimbangan Vertikal Wajah
Trikion -glabella - subnasion - menton
  • 1/3 atas: Trikion - Glabela.
  • 1/3 tengah: Glabela - Subnasion.
  • 1/3 bawah: Subnasion - Menton.

Keseimbang Horizontal Wajah
Proporsi wajah secara horizontal
  • Batas cuping telinga / zygoma - eksternal / lateral kantus - Internal / medial kantus - inter kantus - eksternal kantus - cuping telinga.
Kesimpulan keseimbangan wajah:
  • Jika proporsi sama: Proporsi vertikal / horizontal wajah pasien seimbang.
  • Jika ada perbedaan proporsi: Proporsi vertikal / horizontal wajah pasien tidak seimbang.
Posisi pasien istirahat saat pengukuran keseimbangan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Latihan Soal (Seluruh Departement)

BM / BEDAH MULUT (Catatan UKMP2DG)

PROSTODONSIA (Catatan UKMP2DG)