Kegoyangan Gigi, Splinting Ekstrakoronal (Tujuan, Indikasi, Kontraindikasi, Prinsip, dan Prosedur) Lengkap

PART I: KEGOYANGAN GIGI

Gigi goyang adalah masalah yang sering terjadi pada gigi yang dapat berakibat hilangnya gigi. Gigi goyang juga dapat diartikan sebagai pergerakan gigi pada dataran vertikal atau horizontal. Secara klinis, gigi yang mengalami kegoyangan dapat dibedakan menjadi dua yaitu kegoyangan reversibel dan irreversibel. Kegoyangan pada gigi terjadi akibat tekanan yang abnormal atau karena inflamasi. Pada kegoyangan gigi reversibel, kegoyangan gigi dapat dikurangi atau dihilangkan dengan menghilangkan faktor penyebabnya. Kegoyangan yangbersifat irreversibel merupakan kegoyangan gigi yang ditandai dengan berkurangnya dukungan jaringan periodontal. Derajatnya dapat dikurangi, tetapi tidak dapat dihilangkan meskipun telah dilakukan perawatan.

Dalam keadaan yang normal gigi juga memiliki derajat kegoyangan yang bersifat goyang fisiologis. Batas goyang fisiologis ini adalah 0,15 mm sedangkan kegoyangan gigi yang melebihi rentang fisiologis disebut goyang yang abnormal atau patologis. Disebut patologis karena melebihi batas nilai goyang yang mampu diterima oleh periodonsium. Kegoyangan gigi yang patologis dapat disebabkan oleh inflamasi gingiva dan jaringan periodontal, trauma oklusi, berkurangnya tulang alveolar, gaya torsi yang menyebabkan trauma pada gigi yang dijadikan pegangan cengkraman gigi.

Derajat kegoyangan gigi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

  • Grade I apabila terdapat pergerakan kearah bukolingual kurang dari 1mm.
  • Grade II apabila terdapat pergerakan kearah bukolingual sebesar 1-2mm.
  • Grade III bila pergerakan lebih besar dari 2 mm arah bukolingual dan atau terdapat pergerakan vertikal-oklusal.

Apabila faktor etiologi dapat dihilangkan pada kasus kegoyangan grade I dan II, maka gigi tersebut dapat menjadi stabil dan dapat digunakan dengan baik untuk menambah dukungan, stabilisasi, dan retensi pada gigi tiruan sebagian lepasan. 

Faktor lainnya yang mempengaruhi kegoyangan gigi, yaitu :

  • Jumlah dan distribusi gigi yang tesisa dalam lengkung rahang.
  • Jumlah, bentuk dan panjang akar.
  • Kepadatan tulang interradikular.
  • Riwayat amputasi akar.
  • Tingkat kepadatan sisa tulang alveolar.

Ketika pasien datang dengan penyakit periodontal dan gigi yang goyang, harus dilakukan upaya untuk menyembuhkan penyakit periodontal sebelum mempertimbangkan manajemen oklusal jika gigi dapat dipertahankan. Namun bila tidak terdapat penyakit periodontal, kegoyangan gigi dapat disebabkan oleh trauma oklusi primer dan pada kasus tersebut perawatan pada periodontal tidak dianjurkan. Mobilitas gigi bersifat merugikan karena dapat merusak jaringan periodontal serta mempengaruhi proses penyembuhan. Meskipun trauma oklusi dapat memodifikasi dari perkembangan penyakit periodontitis yang telah ada namun bukan merupakan awal ataupun memperburuk dari penyakit gingivitis.

Pilihan manajemen klinis pada gigi yang goyang meliputi tidak dilakukan tindakan apapun, oklusal adjusment, pencabutan,splinting.

  • Tanpa perawatan
    • Jika dokter gigi merasa bahwa kegoyangan gigi yang dialami pasien tidak bersifat patologis maka dokter gigi dapat mengambil keputusan untuk tidak melakukan tindakan perawatan apapun. Pasien diberikan penjelasan sehingga dapat menerima saran dan keputusan tersebut.
  • Oklusal adjusment
    • Jika faktor etiologi oklusal telah diidentifikasikan secara positif maka oklusal adjusment dapat dilakukan. Lokal adjusment yang dilakukan pada jumlah gigi yang tidak banyak, biasanya tidak terlalu sulit. Oklusal yang seimbang didiskripsikan sebagai perubahan yang direncanakan dari permukaan oklusal untuk memberikan hubungan rahang yang stabil dengan simultan kontak oklusal yang stabil serta gerakan halus terganggu oleh gangguan oklusal. Hal tersebut dapat disebabkan karena adanya penyesuaian dari beberapa permukaan gigi yang berusaha untuk mencapai posisi oklusi yang ideal.
  • Pencabutan
    • Tindakan tersebut penting untuk mengetahui apakah gigi masih dapat dipertahankan atau tidak. Apabila masih dapat dipertahankan apakah membahayakan gigi yang lain.
  • Splinting
    • Gerakan gigi yang merugikan seperti erupsi yang berlebihan atau miring dapat dicegah dengan splinting. Splinting pada kasus tersebut dapat berupa fixed atau removable protesa, walaupun bukan merupakan protesa yang utama namun splinting harus dirancang dengan baik.
Perawatan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi ataupun menghilangkan kegoyangan gigi yang ada, menghindari terjadinya migrasi gigi yang lebih jauh, mengurangi perubahan yang tampak pada gambaran radiografis, memperbaiki kontak prematur, serta memperoleh kenyamanan dalam pengunyahan.


PART II: SPLINTING

Splinting merupakan alat yang dibuat untuk menstabilkan dan immobilisasi gigi yang goyang karena suatu lesi atau trauma atau penyakit periodontal. Splinting digunakan untuk membentuk suatu dukungan. Prinsip dari pembuatan splinting ini yaitu dengan mengikat beberapa gigi menjadi satu kesatuan sehingga tekanan dapat didistribusikan ke semua gigi yang diikat. Perawatan splinting periodontal digunakan pada keadaan kegoyangan gigi akibat berkurangnya tinggi tulang alveolar sehingga kegoyangan tersebut mengganggu fungsi penderita. Namun apabila terdapat peningkatan kegoyangan gigi dengan ligamen periodontal normal, dan kegoyangan tersebut tidak mengganggu fungsi pengunyahan atau kenyamanan penderita maka splinting tidak diperlukan.

Tujuan Splinting:

  • Menghasilkan sandaran (rest) : Oklusal rest yang dihasilkan oleh terapi splint dapat membantu menghilangkan atau menetralkan faktor-faktor oklusal yang merugikan.
  • Merubah arah daya : Daya oklusi dirubah arahnya lebih ke arah axial pada semua gigi yang displint.
  • Mendistribusikan daya : stabilisasi oleh splinting meningkatkan resistensi gigi terhadap kekuatan yang menimpanya sehingga tidak melebihi kapasitas adaptifnya.
  • Mempertahankan integritas lengkung rahang : splinting memperbaiki kontak proksimal, mengurangi impaksi makanan, dan mengurangi akibat kerusakan.
  • Memperbaiki stabilisasi fungsional : splinting memperbaiki oklusi fungsional, stabilisasi pergerakan gigi penyangga, dan meningkatkan kenyamanan dalam pengunyahan.
  • Fungsi psikologis: Splinting memberikan rasa nyaman kepada pasien terhadap pergerakan giginya sehingga merasa dalam keadaan sehat.
  • Stabilisasi pergerakan gigi selama masa terapi bedah, khususnya pada fase regeneratif.
  • Melindungi jaringan pendukung gigi selama periode penyembuhan setelah pembedahan atau kecelakaan.
  • Mencegah ekstrusi dari gigi yang tidak ada kontak oklusalnya (gigi yang berlawanan).
  • Membuat gigi yang tidak dapat digunakan untuk mengunyah berfungsi kembali secara efisien.

Indikasi Splinting:

  • Pada gigi yang goyang (tanpa adanya mobilitas progresif) yang disebabkan berkurangnya jaringan periodonsium serta mengganggu kemampuan mengunyah dan kenyamanan pasien. Bila mobilitas gigi tidak menyebabkan rasa tidak nyaman dan tidak mengganggu pengunyahan maka pemakaian splinting tidak dianjurkan.
  • Terdapat kerusakan yang luas pada jaringan periodontal dan kekuatan fungsional mekanis yang normal dapat mengganggu ligamen periodontal yang tersisa sehingga dapat menyebabkan migrasi atau kehilangan gigi.

Secara umum perawatan dengan splinting dapat dilakukan dalam kasus - kasus berikut ini:

  • Pada gigi dengan kegoyangan moderat dan advance yang tidak dapat dikurangi kegoyangannya dengan alat lainnya yang tidak merespon terhadap penyesuaian oklusal dan terapi periodontal (gigi goyang grade I atau grade II).
  • Pada gigi yang mengalami trauma oklusal sekunder.
  • Pada gigi setelah perawatan ortodontik.
  • Pada gigi yang mengalami peningkatan kegoyangan sehinga mengganggu fungsi mastikasi normal.
  • Pada gigi yang mengalami trauma dental akut, misalnya subluksasi, avulsi, dll.
  • Mencegah ekstrusi gigi karena tidak ada gigi lawannya.
  • Pada gigi yang sedang dalam perawatan periodontal seperti scaling dan terapi bedah.

Indikasi penggunaan splinting juga harus memperhatikan derajat kegoyangan gigi. Kegoyangan normal gigi 0,05 – 0,1 mm. Apabila faktor etiologi dapat dihilangkan pada kasus kegoyangan grade I dan II, maka gigi tersebut dapat menjadi stabil dan dapat digunakan dengan baik untuk menambah dukungan, stabilisasi, dan retensi pada gigi tiruan sebagian lepasan. Perawatan splinting digunakan apabila setelah perawatan periodontal masih terdapat kegoyangan grade II.

Kontra Indikasi Splinting:

  • Adanya kegoyangan gigi yang parah (grade III) yang disertai dengan adanya inflamasi jaringan periodontal dan atau trauma oklusi.
  • Pada pasien dengan oral higyene yang buruk dan non kooperatif.
  • Kurangnya gigi penyangga untuk stabilisasi gigi yang goyang.
  • Occlusal adjustment tidak dilakukan sebelumnya pada gigi dengan trauma oklusi.
  • Tidak diperolehnya stabilitas oklusal yang baik.
  • Dukungan jaringan periodontal sangat kurang.
  • Adanya bad habit yang sulit dihilangkan.

Prinsip Splinting:

Splinting harus mempunyai desain yang sederhana, ekonomis, stabil dan efisien, higienis, tidak mengiritasi jaringan lunak, dapat diterima secara estetik, tidak merangsang timbulnya penyakit iatrogenik. Prinsip dari pembuatan splinting antara lain:

  • Harus dapat menahan gerakan kegoyangan gigi dalam 3 dimensi
  • Tidak ada inflamasi
  • Minimal masih terdapat 1/3 tulang alveolar
  • Tidak ada iritasi dari jaringan lunak
  • Tidak ada peradangan periapikal
  • Estetik baik dan posisi di lengkung rahang baik
  • Harus dapat dibersihkan
  • Jumlah gigi yang terlibat harus cukup
  • Tidak boleh mengganggu pengucapan
  • Ratio akar dan mahkota harus seimbang

Prosedur Teknik Splinting Ekstrakoronal:

A. Tahap Persiapan Alat, Bahan dan Daerah Kerja

  • Daerah kerja harus bersih dan rapi.
  • Alat dasar : kaca mulut,sonde, pinset, probe, wire bending instrumen (lidah ular), tang potong, needle holder, Lightcure.
  • Bahan: ligature wire (ukuran ∅ 0,25), etsa dan bonding agent, komposite, alat poles komposite.
  • Persiapan pasien: dalam hal ini model phantom RA digunakan gigi 13-23.
  • Persiapan operator : memakai masker, mencuci tangan dan memakai handscoon.

B. Tahap Prosedur Teknik Splinting

  • Wire
    • Ukur 2x jarak antara gigi yang ingin dilakukan splint (13-23) kemudian potong wire dengan menggunakan tang potong.
    • Satukan kedua ujung wire dan jepit menggunakan needle holder kemudian ujung dari pertengahan panjang wire ditahan menggunakan instrumen sonde.
    • Wire disatukan dengan memutar needle holder (dipilin) hingga sampai ujung wire.
  • Splint pada Gigi
    • Isolasi dan lakukan aplikasi etsa pada gigi yang akan displint (13-23) di area palatal selama 15 detik, bilas menggunakan water syring dan keringkan kemudian beri bonding agent lalu lightcure selama 20 detik.
    • Siapkan wire yang sudah dipilin kemudian adaptasikan:
    • Adaptasikan wire pada daerah palatal
      • Dimulai dari pertengahan palatal gigi penyangga (23) sampai pertengahan palatal gigi (13) adaptasikan sesuai lengkung gigi dengan posisi sedikit dibawah titik kontak gigi (tidak mendekati margin gingiva).
      • Fiksasikan dengan komposite pada daerah palatal satu persatu gigi kemudian lightcure.
      • Ratakan fiksasi komposite dengan menggunakan alat poles sehingga tidak ada step antara komposite dengan gigi (untuk mencegah retensi plak).
      • Periksa gigitan pada gigi yang displint dengan mengunakan kertas artikulasi untuk mengetahui kontak premature.
      • Jika terdapat teraan artikulasi yang tebal berarti terdapat kontak premature sehingga dilakukan selektif grinding pada area tersebut.
  • Instruksi paska splinting:
    • Tidak makan yang keras pada area gigi yang di splint.
    • Jaga OH dengan ketat, pada daerah interdental gigi yang displint dibersihkan menggunakan interdental brush.
    • Pasien diminta datang kontrol 1 minggu untuk memeriksakan apakah ada komposite yang terlepas atau wire splint yang putus.
Contoh Praktikum Splinting: 



PART III: CATATAN TAMBAHAN
  • Fungsi splint secara umum: Imobilisasi dan fiksasi gigi goyang.
  • Indikasi: Grade 1-2, kontra grade 3
  • Grade 3 tidak menjadi indikasi karena tulang sudah tidak ada sehingga penyaluran sumber nutrisi dari pembuluh darah tidak dapat terjadi --> Hopeless.
  • Grade 3 boleh displint namun bukan untuk penyembuhan, hanya untuk menahan
  • Splinting hanya untuk mempersiapkan perawatan definitif --> Membantu perawatan utama, seperti SRP atau bedah, sebab gigi goyang tidak akan optimal saat di SRP.
  • Desain: Essig, figure8, lingual bar
  • Ciri khas periodontitis: Resesi gingiva disertai dengan inflamasi, jika tidak disertai inflamasi berarti termasuk kedalam mucogingival deformities.
  • Tipe splint yang digunakan mempertimbangkan beberapa faktor seperti waktu, desain, dan bahan.
    • Temporary --> Digunakan ketika yakin prognosa baik dan dapat sembuh dalam beberapa bulan.
    • Semitemporary --> Digunakan untuk mendukung perawatan definitif (primer), perawatan periodontal selesai dalam beberapa bulan, contohnya adalah bedah flap 2 gigi. Jika flap untuk keseluruhan gigi, maka digunakan splint permanen.
    • Permanen --> digunakan setelah perawatan periodonsia selesai (gusi sehat tetapi masih goyang dengan poor pronosis)
  • Jenis penyembuhan:
    • Epitelisasi
    • Reattachment
  • Pemeriksaan kegoyangan berguna untuk mengecek kondisi kontak prematur yang kedepannya akan menjadi trauma oklusi
    • Mobility --> kontak prematur --> trauma oklusi --> selective grinding
  • Fremitus: Palpasi, giginya ditutup terasa ada getaran atau tidak (getar --> kontak prematur)
  • Kegoyangan: Pakai gerakan lateral dengan 2 instrumen
  • Wire dan komposit --> bisa di labial/palatal --> tergantung gigitan.
    • Jika diletakkan pada rahang bawah dan mengganggu gigitan, maka harus diletakkan di bukal. Jika gigitan aman, maka splint dapat diletakkan di palatal untuk tujuan estetika.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Latihan Soal (Seluruh Departement)

BM / BEDAH MULUT (Catatan UKMP2DG)

IPM (Catatan UKMP2DG)