Etiologi Maloklusi Lengkap
Definisi maloklusi:suatu penyimpangan proses tumbuh kembang yang mengakibatkan terjadinya hubungan yang kurang harmonis antara gigi, rahang, wajah atau secara keseluruhan.
Etiologi maloklusi:
- Penyebab khusus.
- Gangguan pertumbuhan pada masa embrio.
- Gangguan pertumbuhan skeletal.
- Disfungsi otot.
- Akromegali dan hipertropi hemimandibular.
- Gangguan perkembangan gigi.
- Improper guidance of eruption.
- Trauma gigi.
- Pengaruh genetik.
- Pengaruh lingkungan.
- Teori keseimbangan dan perkembangan oklusi gigi.
- Pengaruh fungsional pada perkembangan dentofasial.
Etiologi maloklusi dengan pembagian berdasarkan waktu kelahiran:
- Etiologi maloklusi prenatal.
- Faktor genetik/herediter.
- Disproporsi antara ukuran gigi dengan rahang: crowding dan diastema.
- Crowding: Kasus maloklusi yang paling umum dijumpai. Hal ini terjadi karena ketidaksesuaian ukuran lengkung dengan ukuran mesio-distal gigi- gigi (Ukuran mesio-distal gigi lebih besar dari ukuran lengkung rahangnya). Selain itu, dapat juga karena penurunan fungsi rahang, sehingga menyebabkan tumbuh kembang rahang berkurang dan rahang pun tidak mampu menampung semua gigi.
- Spacing/Diastema: Maloklusi akibat ketidaksesuaian lengkung gigi dengan ukuran mesio-distal gigi (Ukuran mesio-distal gigi lebih kecil dari ukuran lengkung rahangnya).
- Disproporsi ukuran rahang atas dengan rahang bawah: kelas II skeletal, kelas III skeletal, protrusi bimaksilar, hipoplasia mandibula / maksila.
- Maloklusi skeletal kelas II.
- Penyebab:
- Maksila protrusi, mandibula normal.
- Maksila normal, mandibula retrusi.
- Maksila protrusi, mandibula retrusi.
- Maloklusi skeletal kelas III.
- Penyebab:
- Maksila normal, mandibula protrusi.
- Maksila retrusi, mandibula normal.
- Maksila retrusi, mandibula protrusi.
- Hipoplasia maksila / mandibula.
- Penyebab: Maksila atau mandibula tidak berkembang dengan sempurna sehingga rahang relatif lebih kecil dari normal, dan kondisi ini disebut sebagai hipoplasia.
- Hipoplasia pada penderita sindrom Crouzon's:
- Pasien usia 6 tahun.
- Exophthalmus (Mata membesar ke depan).
- Hidung lebar.
- Bibir rahang bawah protrusi.
- Terjadi osifikasi prematur sutura kranial.
- Malformasi tulang orbita.
- Hipoplasia maksila yang menyebabkan hubungan skeletal kelas III.
- Hipoplasia pada penderita fetal alkohol embryopathy:
- Pasien usia 13 tahun.
- Hipoplasia wajah bagian tengah sehingga maksila retrusi dan menyebabkan prognatisme mandibula yang parah.
- Ptosis alis mata (Kelopak mata turun menutupi bola mata).
- Hidung lebar.
- Pasien pendek.
- Penyebab kelainan ini gangguan chondrogenesisa akibat alcohol embryopathy.
- Hipoplasia mandibula:
- Anak usia 3 tahun.
- Hipoplasi mandibula sehingga menyebabkan retrognati mandibula yang parah.
- Bibir bawah terletak dibelakang gigi insisif rahang atas.
- Telinga luar mengalami malformasi
- Morfologi jaringan lunak yang menyebabkan penambahan overjet yang progresif.
- Median mandibular cleft:
- Anak berusia 6 tahun.
- Retrusi mandibula parah tanpa dagu akibat congenital mandibular dysplasia.
- Tampak agenesi gigi-gigi anterior RB.
- Faktor kongenital.
- Kondisi embrio / fetus:
- Bahan teratogen.
- Teratogen merupakan bahan kimia yang dapat menyebabkan kelainan embriologis pada saat pertumbuhan dan perkembangan embrio tertentu. Pada dosis rendah menyebabkan defek spesifik, namun dalam dosis besar dapat menyebabkan kematian.
- Intra uterin molding.
- Intra uterin molding merupakan suatu keadaan yang menunjukkan perubahan perkembangan bagian tubuh akibat adanya tekanan selama pertumbuhan fetus intra uterin. Contoh: Tangan fetus melintang pada wajah, sehingga dapat menghambat pertumbuhan maksila, namun hal ini dapat mengalami perbaikan setelah anak lahir dan tidak terdapat dampak jangka panjang.
- Gigi hilang (missing teeth congenitally).
- Terjadi akibat gangguan pada tahap inisiasi dan proliferasi pembentukan gigi. Contoh:
- Anodontia, yang berarti tidak ada gigi (Bisa keseluruhan gigi hilang, yang biasa terjadi pada sindrom ectodermal displasia yang berarti terdapat kelainan perkembangan ektodermal --> Penderita biasanya memiliki rambut tipis dan tidak punya kelenjar keringat)
- Oligodontia, yang berarti beberapa gigi hilang, namun tidak semua (Berjumlah 6 atau lebih).
- Hypodontia, yang berarti satu atau beberapa gigi hilang (Tidak sampai 6).
- Malformasi gigi.
- Merupakan abnormalitas ukuran dan bentuk gigi yang terjadi karena adanya gangguan selama proses morfodiferensiasi atau histodiferensiasi yang paling sering terjadi pada I2 dan P2. Contoh:
- Fusi, yang berarti penyatuan dua dentin gigi dengan 2 kamar pulpa.
- Geminasi, yang berarti pembelahan satu benih gigi secara tidak lengkap, dengan kamar pulpa yang hanya satu.
- Twinning, yang berarti pembelahan lengkap satu benih gigi menjadi dua buah gigi dengan kamar pulpa yang lengkap.
- Concrescence, yang berarti penggabungan sel-sel sementum dua buah gigi dari 2 tooth buds.
- Mikrodontia, yang berarti ukuran gigi mengecil.
- Makrodontia, yang berarti ukuran gigi membesar.
- Gigi supernumerer.
- Merupakan kondisi dimana jumlah gigi berlebih karena gangguan pada perkembangan inisiasi dan proliferasi gigi. Contoh:
- Mesiodens: Terletak diantara gigi insisif pertama rahang atas.
- Supernumerer I2.
- Supernumere premolar ketiga.
- Gigi paramolar: Bentuk gigi kecil dan terletak di bukal atau palatinal gigi M1.
- Odontoma: Struktur supernumerer yang mengalami kalsifikasi, terletak di mahkota gigi kaninus serta menghalangi gigi kaninus.
- Hyperdontia: Pada kasus cleidocranial dysostosis.
- Celah bibir dan palatum
- Celah palatum dapat menyebabkan penyempitan maksila kemudian menyebabkan crossbite dan terbentuklah maloklusi kelas 2.
- Adanya celah pada palatum akan memberikan tekanan pada otot pipi, yang menyebabkan gigi di segmen bukal bergerak lebih ke lingual.
- Kondisi ibu:
- Penyakit.
- Terjadi pada masa kehamilan yang berpengaruh pada perkembangan janin.
- Malnutrisi.
- Mempengaruhi pertumbuhan janin, dimana nutrisi kalsium dan vitamin D yang kurang, dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan tulang dan gigi.
- Etiologi maloklusi postnatal.
- Faktor intrinsik.
- Gigi sulung tanggal prematur.
- Kondisi gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya dapat menyebabkan gigi sebelahnya mengalami pergeseran untuk mengisi ruangan yang hilang tersebut. Besarnya derajat kehilangan ruangan bergantung pada:
- Proporsi ukuran gigi terhadap rahang.
- Bila ruang yang tersedia untuk gigi sulung dan tidak terdapat kontak proksimal, maka resultan ke mesial tidak ada sehingga kecendrungan pergeseran gigi di sebelahnya ke ruangan yang kosong tidak ada. Namun jika terdapat gigi berjejal, maka pengisian ruang bekas pencabutan akan berjalan cepat.
- Usia saat gigi tanggal.
- Semakin dini gigi sulung tanggal, maka semakin jauh jarak antara tanggalnya gigi sulung dengan erupsi gigi tetap, sehingga semakin besar pula kemungkinan hilangnya ruang.
- Jenis gigi yang tanggal.
- Insisif: Jarang menimbulkan maloklusi, kecuali lengkung gigi yang berjejal.
- Kaninus: Dapat menyebabkan gigi insisif bergeser ke distal. Premature loss gigi kaninus sulung RB dapat menyebabkan diastema pada gigi insisif dan pergeseran garis median RB ke kanan. Bila gigi kaninus tanggal sebelum gigi insisif erupsi, maka dapat terjadi diastema diantara gigi insisif permanen dan erupsi ektopik pada gigi kaninus permanen.
- Molar pertama sulung: Pada rahang bawah, gigi M2 akan bergerak ke mesial seiring dengan erupsi aktif gigi M1 tetap. Pada rahang atas, gigi M2 bergeser ke mesial dan gigi kaninus tetap erupsi ektopik.
- Persistensi gigi sulung.
- Dapat terjadi karena benih gigi tetap yang lambat, perkembangan gigi tetap yang lambat, terlambatnya resorbsi akar gigi sulung, dan ankilosis gigi sulung. Persistensi gigi sulung menyebabkan gigi insisif palatoversi.
- Gangguan erupsi gigi tetap.
- Dapat disebabkan oleh: 1) Premature loss gigi sulung; 2) Posisi akar gigi sulung; 3) Supernumerary teeth; 4) Tumor; 5) Hormonal; 6) Gusi fibrous; 7) Impaksi.
- Tanggalnya gigi tetap.
- Dapat disebabkan karena karies dan trauma. Akibatnya adalah kontak antar gigi tetangga hilang, fungsi fisiologis terganggu, pergeseran gigi dan maloklusi.
- Restorasi gigi tidak baik.
- Frenulum labii abnormal.
- Faktor ekstrinsik.
- Kebiasaan buruk, seperti:
- Kebiasaan menghisap ibu jari.
- Hal ini dapat menyebabkan gigi insisif rahang atas protrusif dan gigi insisif rahang bawah linguoversi (Jumlah gigi yang mengalami protrusif atau linguoversi bergantung pada jumlah gigi yang berkontak). Selain itu juga menyebabkan open bite anterior dan penyempitan lengkung rahang atas.
- Kebiasan menghisap jari lain.
- Pada saat jari berada didalam mulut, RA dan RB akan terpisah sehingga mengganggu keseimbangan dalam arah vertikal. Selanjutnya terjadilah ekstrusi gigi posterior dan terbentuklah openbite anterior.
- Hal lain yang dapat terjadi adalah penyempitan lengkung RA, yang disebabkan tekanan lidah terhadap permukaan palatum berkurang saat jari berada didalam mulut. Saat menghisang jari, maka tekanan pipi akan meningkat dan tekanan terbesar muncul pada sudut mulut, sehingga penyempitan lengkung rahang berbentuk V.
- Kebiasaan mendorong lidah / menempatkan lidah diantara gigi-gigi insisif pada waktu istirahat.
- Bernafas melalui mulut.
- Akibatnya terjadi penyempitan lengkung RA, palatum tinggi dan gigi berjejal. Selain itu, hiperaktivasi fungsional otot otot ekspresi wajah terutama otot buksinotarius dapat menghalangi perkembangan maksila ke lateral.
- Kebiasaan menghisap / menggigit bibir.
- Bibir bawah yang secara terus menerus diletakkan diantara gigi insisif rahang bawah dan rahang dapat menyebabkan insisif rahang atas labioversi.
- Kebiasaan mengigit kuku.
- Kebiasaan ini berkaitan dengan masalah psikologis. Dapat menimbulkan maloklusi, namun tidak spesifik.
- Trauma
- Trauma pada gigi.
- Dapat menyebabkan maloklusi melalui tiga cara, yakni: Kerusakan benih gigi tetap karena trauma gigi sulung; Drifting gigi tetap setelah gigi sulung tanggal; Kerusakan/trauma langsung pada gigi tetap.
- Trauma sebelum pembentukan mahkota gigi tetap dapat menyebabkan kerusakan mahkota gigi tetap. Trauma yang terjadi sesudah pembentukan gigi tetap kemungkinan mengakibatkan: Mahkota berpindah tempat; Pembentukan akar terhenti; Akar bengkok; Distorsi berat (Gangguan posisi akar yang cukup berat, bahkan dapat hingga keluar dari alveolar.
- Jika trauma menyebabkan instrusi, kemungkinan dapat menyebabkan ankilosis. Gigi yang mengalami ankilosis akan sulit untuk direposisi perawatan ortodonti, oleh sebab itu gigi yang mengalami trauma sebaiknya segera dilakukan reposisi untuk menghindari kemugkinan terjadinya ankilosis.
- Trauma rahang pada anak-anak.
- Jarang menimbulkan defisiensi pertumbuhan mandibula. Jika kondilus patah, akan terjadi regenerasi yang cepat. Semakin dini terjadinya fraktur, maka defek yang timbul minimal.
- Faktor sistemik/penyakit.
- Maloklusi akibat penyakit sistemik ditentukan berdasarkan: Daya tahan tubuh, berat ringannya penyakit, lama penyakit yang dialami, dan saat terjadinya penyakit tersebut.
- Contoh penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi posisi gigi:
- Demam tinggi = Gangguan pertumbuhan benih gigi tetap.
- Lues / Syphilis = Bentuk gigi hutchinson/ mulberry teeth.
- Gangguan metabolisme khususnya kalsium.
- Gangguan kelenjar endokrin(Kelenjar hypophyse = pituitary).
- Hiperpituitari = Bila terjadi pada masa pertumbuhan aktif dapat menyebabkan gigantisme, sedangkan jika terjadi di fase pertumbuhan yang hampir selesai akan menyebabkan akromegali dengan ciri dagu menojol, jari mengalami kelainan, dan diastema gigi.
- Hipotuitari = Dapat menyebabkan dwarfism, erupsi terlambat, pembentukan gigi abnormal, gigi berjejal/crowding, palatum sempit dan tinggi.
- Gangguan kelenjar tiroid (Hormon tiroksin).
- Hipotiroid dapat menyebabkan dwarfism. Selain itu berdampak juga pada hambatan metabolisme kalsium sehingga osifikasi tulang terhambat, serta persistensi gigi sulung yang menyebabkan erupsi gigi tetap terhambat.
- Gangguan kelenjar paratiroid.
- Mempengaruhi kadar kalsium dan fosfor dalam tubuh. Bila terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan, dapat mengganggu pembentukan gigi.
- Kalsifikasi email dan akar gigi terhambat sehingga gigi menjadi rapuh bila terkena trauma.
- Resorbsi akar gigi sulung terhambat, sehingga erupsi gigi tetap terhambat.
- Perubahan kromosom yang mengenai sistem orofasial.
- Cleidocranial dystosis; Trisomi 21; Ectodermal dysplasia; Amelogenesis / dentinogenesis imperfecta.
- Penyakit lokal yang menyebabkan gangguan pertumbuhan rahang:
- Penyakit nasofaringeal dan tersumbatnya jalan napas.
- Infeksi telinga tengah pada bayi dengan kerusakan TMJ.
- Tumor / kista.
- Karies dan premature loss.
Komentar
Posting Komentar