Perawatan Pulpa Vital dan Non-Vital Pada Gigi Desidui Beserta Urutan Pertumbuhan Gigi Desidui dan Permanen

Perawatan pulpa vital adalah perawatan yang bertujuan menjaga dan mempertahankan jaringan pulpa yang telah rusak namun tidak hancur akibat karies dental yang luas, trauma dental dan prosedur restorasi atau kesalahan iatrogenicBeberapa perawatan pulpa vital yang dapat dilakukan pada gigi desidui, diantaranya:

  • Direct Pulp Capping
    • Definisi: Prosedur penempatan bahan medikamen / non medis pada pulpa yang terekspos, akibat ekskavasi karies, fraktur atau paparan mekanis selama pembersihan karies.
    • Indikasi: 1) Eksposur mekanik (<1 mm) akibat trauma/preparasi kavitas dan dikelilingi oleh dentin afektif/bersih pada gigi sulung vital asimtomatik dan pada gigi tetap muda vital asimtomatik; 2) Saat pulpa terekspos, perdarahan merah terang dan dapat dikontrol.
    • Kontraindikasi: 1) Gigi sulung terekspos akibat karies; 2) Nyeri spontan dan hebat pada malam hari; 3) Pembengkakan dan fistula; 4) Sensitif terhadap perkusi; 5) Mobilitas patologik; 6) Resorbsi akar (eksternal/internal); 7) Radiolusensi periapikal/interadikular; 8) Kalsifikasi pulpa; 9) Perdarahan berlebihan; 10) Pus/eskudat pada area terpapar.
    • Diagnosis: Pulpitis reversible
      • Definisi: Inflamasi ringan-sedang pulpa dan kondisi pulpa sembuh/kembali normal setelah manajemen etiologi tepat.
      • Etiologi: Dentin terekspos, karies, restorasi yang dalam.
      • Gejala: Nyeri tajam dimana akan hilang setelah stimulus dihentikan (tidak spontan).
      • Pemeriksaan klinis: Karies, trauma oklusi, fraktur. Tes vitalitas (+), tes perkusi (-).
      • Pemeriksaan radiografi: Membran periodontal, lamina dura dan periapikal normal; ada karies.
    • Diagnosis banding: Pulpitis irreversible
      • Definisi: Kondisi inflamasi pulpa presisten, simtomatik atau asimtomatik, akibat stimulus berbahaya.
      • Etiologi: Keterlibatan bakteri pada pulpa melalui karies, injuri (termal, kimia, mekanis) dan pulpitis reversible yang tidak dirawat.
      • Gejala: 1) Nyeri tajam akibat perubahan suhu, makan manis/asam dan tidak hilang saat stimulus dihentikan; 2) Nyeri spontan yang tajam, menusuk, intermiten dan terus menerus; 3) Nyeri bertambah berat saat bungkuk/baring; 4) Nyeri menyebar; 5) Nyeri pada malam hari.
    • Persiapan
      • Operator
        • Menggunakan jas, masker, cuci tangan 6 langkah WHO, pakai handscoon.
      • Alat dan bahan
        • Alat dasar (kaca mulut, pinset sonde, ekskavator), catton pellet, cotton roll, tissue, baki, contra angle, bur diamond, rubber dam, spatula semen, glass lab, stopper semen, tambalan sementara, bahan pulp capping, semen zinc oxide eugenol.
      • Obat-obatan
        • Kalsium hidroksida yang diaplikasikan pada area eksposur ketika perdarahan pulpa minimal dan mudah dikontrol.
    • Tahap perawatan
      • Isolasi area kerja dengan rubber dam.
      • Hindari manipulasi pulpa pada area yang terekspos. Cukup lakukan irigasi kavitas dengan saline.
      • Kontrol perdarahan dengan cotton pellet .
      • Aplikasi kalsium hidroksida pada area yang terekspos sebagai liner.
      • Aplikasi cement base dan restorasi sementara.
      • Restorasi akhir dan evaluasi keberhasilan pulp capping.
    • Rencana restorasi paska perawatan: Restorasi direct dengan komposit.
    • Instruksi paska perawatan
      • Tidak makan, minum dan berkumur selama 1 jam.
      • Konsumsi makanan lunak bila menggunakan tambalan sementara.
      • OHI.
      • Instruksi pasien untuk kontrol 6-8 minggu paska perawatan.
    • Instruksi saat kontrol
      • Lakukan anamnesa dan tanyakan apakah ada keluhan.
      • Pemeriksaan klinis untuk memastikan tidak ada kondisi patologis dan vitalitas pulpa (+).
      • Pemeriksaan radiografi untuk mengamati pembentukan jembatan dentin.
      • OHI.
      • Instruksi pasien untuk kontrol rutin setiap 6 bulan.
    • Kegagalan perawatan
      • Gagal pembentukan jembatan dentin.
      • Resorbsi internal.
      • Abses dentoalveolar akut.
    • Keberhasilan jika: Vitalitas pulpa (+), tidak ada tanda dan gejala klinis pulpitis irreversibel, nekrosis, atau periodontitis apikalis.
    • Penanggulangan kegagalan perawatan
      • Direct pulp capping tidak disarankan untuk gigi sulung.
      • Direkomendasikan untuk anak dengan usia lebih tua, 1 atau 2 tahun sebelum eksfoliasi normal.
      • Jika gagal --> ekstraksi tanpa follow-up space maintainer.
      • Jika gagal --> pulpotomy/perawatan endo devitalisasi pulpa.
____________________________________________________
  • Indirect Pulp Capping
    • Definisi: Prosedur pada gigi dengan sejumlah karies dentin yang masih ada di kavitas untuk menghindari pulpa terekspos dengan penempatan medikamen dan bahan restorasi diatas selapis tipis dentin yang tersisa untuk mendukung penyembuhan pulpa.
    • Tujuan: menghentikan karies, menstimulasi dentin tersier, sclerosis dentin dan remineralisasi karies dentin.
    • Indikasi: 1) Nyeri ringan saat makan; 2) Tidak ada nyeri spontan dan hebat; 3) Lesi karies dalam mendekati pulpa, tapi tidak melibatkan pulpa (gigi sulung/tetap muda vital); 4) Tidak ada mobilitas gigi; 5) Masih ada lapisan affected dentine setelah pembuangan infected dentine; 6) Pemeriksaan radiografi: lamina dura dan periodontal normal; 7) Tidak ada radiolusensi di apikal/furkasi.
    • Kontraindikasi: 1) Nyeri spontan dan berkepanjangan (malam hari); 2) Mobilitas gigi; 3) Diskolorasi gigi; 4) Tes vitalitas (-); 5) Pemeriksaan radiografis: kerusakan lamina dura dan periodontal; 6) Radiolusensi apikal akar.
    • Diagnosis: Pulpitis reversible
      • Definisi: Inflamasi ringan-sedang pulpa dan kondisi pulpa sembuh/kembali normal setelah manajemen etiologi tepat.
      • Etiologi: Dentin terekspos, karies, restorasi yang dalam.
      • Gejala: Nyeri tajam dimana akan hilang setelah stimulus dihentikan (tidak spontan).
      • Pemeriksaan klinis: Karies, trauma oklusi, fraktur. Tes vitalitas (+), tes perkusi (-).
      • Pemeriksaan radiografi: Membran periodontal, lamina dura dan periapikal normal; ada karies.
    • Diagnosis banding: Pulpitis irreversible
      • Definisi: Kondisi inflamasi pulpa presisten, simtomatik atau asimtomatik, akibat stimulus berbahaya.
      • Etiologi: Keterlibatan bakteri pada pulpa melalui karies, injuri (termal, kimia, mekanis) dan pulpitis reversible yang tidak dirawat.
      • Gejala: 1) Nyeri tajam akibat perubahan suhu, makan manis/asam dan tidak hilang saat stimulus dihentikan; 2) Nyeri spontan yang tajam, menusuk, intermiten dan terus menerus; 3) Nyeri bertambah berat saat bungkuk/baring; 4) Nyeri menyebar; 5) Nyeri pada malam hari.
    • Persiapan
      • Operator
        • Menggunakan jas, masker, cuci tangan 6 langkah WHO, handscoon.
      • Alat dan bahan
        • Alat dasar (kaca mulut, pinset, sonde, ekskavator), instrument plastik, bur bundar, fisur, poles, micromotor, handpiece, alat pemasang rubber dam, cotton roll, cotton pellet, glass lab, gelas kumur, kalsium hidroksida, semen ZOE atau GIC, bahan komposit atau GI, articulating paper.
      • Obat-obatan
        • Pilihan bahan: MTA, Kalsium hidroksida, GI.
    • Tahap perawatan dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan atau dua kali kunjungan.
      • Satu kali kunjungan
        • Anastesi lokal dan isolasi area kerja dengan rubber dam. 
        • Outline kavitas.
        • Buang seluruh karies (infected dentine) dengan bur bundar kecil dan sisakan selapis tipis dentin.
        • Bersihkan kavitas dengan saline, lalu keringkan dengan cotton pellet.
        • Aplikasikan kalsium hidroksida tipis di atas kavitas.
        • Aplikasikan zinc oxide eugenol atau GIC diatas kalsium hidroksida sebagai base.
        • Retorasi tetap.
      • Dua kali kunjungan
        • Sama dengan tahapan "satu kali kunjungan", namun yang membedakan adalah restorasi akhirnya belum ditambal tetap, melainkan ditambal sementara.
        • Dilakukan kontrol/kunjungan kedua setelah 6-8 minggu dari hari perawatan/kunjungan pertama.
        • Restorasi tetap akan diaplikasikan jika: 
          • Antar pertemuan tidak ada keluhan dan restorasi sementara bertahan dengan baik/intak.
          • Pemeriksaan klinis dan radiografis memperlihatkan adanya pembentukan jembatan dentin.
        • Jika masih sisa karies dentin sebelumnya maka operator perlu mengambilnya dengan hati hati dan tetap menyisakan selapis tipis dentin
          • Bersihkan dan keringkan kavitas
          • Aplikasikan kalsium hidroksida tipis di dasar kavitas
          • Aplikasikan zinc oxide eugenol/GIC diatas kalsium hidroksida
          • Restorasi tetap
    • Rencana restorasi paska perawatan: Restorasi direct dengan komposit/GIC.
    • Instruksi paska perawatan
      • Tidak makan, minum dan berkumur selama 1 jam.
      • Konsumsi makanan lunak bila menggunakan tambalan sementara.
      • OHI.
      • Instruksi pasien untuk kontrol 6-8 minggu paska perawatan.
    • Instruksi saat kontrol
      • Lakukan anamnesa dan tanyakan apakah ada keluhan.
      • Pemeriksaan klinis untuk memastikan tidak ada kondisi patologis dan vitalitas pulpa (+).
      • Pemeriksaan radiografi untuk mengamati pembentukan jembatan dentin.
      • OHI.
      • Instruksi pasien untuk kontrol rutin setiap 6 bulan.
    • Kegagalan perawatan
      • Nyeri setelah perawatan.
      • Terjadi pembengkakan.
      • Adanya pembentukan abses.
      • Nekrosis gigi.
      • Resorpsi internal.
    • Keberhasilan jika: Vitalitas pulpa (+), tidak ada keluhan dari pasien, tidak ada gejala inflamasi klinis/patologis.
    • Penanggulangan kegagalan perawatan
      • Jika gagal --> pulpotomy/perawatan endo devitalisasi pulpa.
____________________________________________________
  • Pulpotomi
    • Definisi: Pengambilan jaringan pulpa koronal setelah itu dilakukan penempatan medikamen yang akan menstimulasi penyembuhan pulpa dan mempertahankan vitalitas gigi.
    • Pulpotomy vital: Membuang pulpa koronal terinflamasi dan terindeksi, namun mempertahankan vitalitas pulpa radicular.
    • Indikasi: 1) Eksposur pulpa mekanis gigi sulung; 2) Lesi karies besar tanpa pulpitis radicular; 3) Perdarahan area terekpos merah terang dan dapat dikontrol; 4) Tidak ada abses/fistula; 5) Tidak ada kehilangan tulang interadikular; 6) Tidak ada radiolusensi interadikular; 7) Minimal 2/3 panjang akar; 8) Gigi tetap muda dengan pulpa terekpos vital dan apeks terbentuk sempurna.
    • Kontraindikasi: 1) Nyeri persisten; 2) Sensitif terhadap perkusi; 3) Resorbsi akar >1/3 panjang akar; 4) Lesi karies besar dengan mahkota sulit direstorasi; 5) Perdarahan sulit dikontrol; 6) Kontraindikasi medis (jantung, imunokompromi); 7) Ada pembengkakan dan fistula; 8) Resorbsi internal/eksternal; 9) Mobilitas patologis; 10) Kalsifikasi pulpa.
    • Diagnosis: Pulpitis reversible.
      • Definisi: Inflamasi ringan-sedang pulpa dan kondisi pulpa sembuh/kembali normal setelah manajemen etiologi tepat.
      • Etiologi: Dentin terekspos, karies, restorasi yang dalam.
      • Gejala: Nyeri tajam dimana akan hilang setelah stimulus dihentikan (tidak spontan).
      • Pemeriksaan klinis: Karies, trauma oklusi, fraktur. Tes vitalitas (+), tes perkusi (-).
      • Pemeriksaan radiografi: Membran periodontal, lamina dura dan periapikal normal; ada karies.
    • Diagnosis banding: Pulpitis irreversible.
      • Definisi: Kondisi inflamasi pulpa presisten, simtomatik atau asimtomatik, akibat stimulus berbahaya.
      • Etiologi: Keterlibatan bakteri pada pulpa melalui karies, injuri (termal, kimia, mekanis) dan pulpitis reversible yang tidak dirawat.
      • Gejala: 1) Nyeri tajam akibat perubahan suhu, makan manis/asam dan tidak hilang saat stimulus dihentikan; 2) Nyeri spontan yang tajam, menusuk, intermiten dan terus menerus; 3) Nyeri bertambah berat saat bungkuk/baring; 4) Nyeri menyebar; 5) Nyeri pada malam hari. 
    • Persiapan
      • Operator
        • Menggunakan jas, masker, cuci tangan 6 langkah WHO, handscoon.
      • Alat dan bahan
        • Alat dasar (kaca mulut, pinset, sonde, ekskavator), alat dan bahan anastesi, alat tambahan (sonde lurus, bur bundar, bur fisur, spatel semen, stopper semen, ash 49, spatel plastik), alat untuk pemasangan rubber dam, formokresol, semen zinc okside eugenol, cotton roll, cotton pellet, petridish, kertas tissue, glass lab, povidone iodine, aquadest, klorheksidin glukonat, GI tipe 2.
      • Obat-obatan
        • Pilihan bahan: Formokresol.
    • Tahap perawatan
      • Anastesi lokal.
      • Isolasi rubber dam.
      • Pembuangan karies di kavitas secara menyeluruh.
      • Membuka atap kamar pulpa dengan bur bundar.
      • Perluas daerah preparasi dengan bur fisur hingga membentuk straight line access.
      • Ambil jaringan kamar pulpa yang terinfeksi dengan ekskavator.
      • Kontrol pendarahan dengan cotton pellet.
      • Aplikasi formokresol dengan cotton pellet ke daerah pulpa yang telah diamputasi (Diamkan selama 5 menit).
      • Irigasi kamar pulpa dengan menggunakan klorheksidin glukonat dan bilas dengan aquadest.
      • Keringkan kavitas dengan cotton pellet.
      • Isi kamar pulpa dengan zinc okside eugenol hingga orifis tertutup.
      • Restorasi dengan GIC tipe 2.
    • Rencana restorasi paska perawatan
      • Restorasi SSC (molar), strip crown (anterior), makhota resin, mahkota zirconia.
    • Instruksi paska perawatan
      • Tidak makan, minum dan berkumur 1 jam.
      • OHI.
      • Intruksi kontrol 1 minggu untuk follow up dengan restorasi tetap bila asimtomatik.
      • Jika anak memiliki gejala akut, segera datang kembali.
    • Instruksi saat kontrol: OHI
    • Tanda kegagalan perawatan: 1) Penipisan tulang di daerah furkasi; 2) Radiolusensi di furkasi/apikal; 3) Resorbsi internal; 4) Gejala nyeri, pembengkakan, peningkatan mobilitas gigi, fistula dan abses.
    • Penanggulangan kegagalan perawatan: Pulpektomi / ekstraksi.
____________________________________________________
  • Pulpektomi
    • Definisi: Prosedur yang pengambilan seluruh jaringan pulpa gigi, termasuk area korona hingga radikular.
    • Tujuan: 1) Mempertahankan gigi dari infeksi; 2) Membersihkan dan mengisi saluran akar secara biomekanis; 3) Menunjang resorbsi akar fisiologis; 4) Mempertahankan ruang untuk gigi tetap yang akan erupsi.
    • Indikasi: 1) Gigi yang akan dirawat pulpotomy tapi perdarahan tidak terkontrol; 2) Gigi didiagnosis pulpitis irreversible; 3) Pulpa nekrosis dan resorbsi akar minimal; 4) Gigi dapat dilakukan restorasi; 5) Gigi sulung dengan gigi pengganti belum muncul; 6) Pasien sehat tanpa penyakit sistemik serius; 7) 2/3 panjang akar dapat diakses.
    • Kontraindikasi: 1) Derajat kegoyangan parah; 2) Panjang akar <2/3; 3) Perforasi lantai kamar pulpa; 4) Anak medically compromised; 5) Terdapat kista dentigerous/folikular.
    • Diagnosis: Pulpitis irreversible
      • Definisi: Kondisi inflamasi pulpa presisten, simtomatik atau asimtomatik, akibat stimulus berbahaya.
      • Etiologi: Keterlibatan bakteri pada pulpa melalui karies, injuri (termal, kimia, mekanis) dan pulpitis reversible yang tidak dirawat.
      • Gejala: 1) Nyeri tajam akibat perubahan suhu, makan manis/asam dan tidak hilang saat stimulus dihentikan; 2) Nyeri spontan yang tajam, menusuk, intermiten dan terus menerus; 3) Nyeri bertambah berat saat bungkuk/baring; 4) Nyeri menyebar; 5) Nyeri pada malam hari. 
    • Diagnosis: Pulpitis reversible
      • Definisi: Inflamasi ringan-sedang pulpa dan kondisi pulpa sembuh/kembali normal setelah manajemen etiologi tepat.
      • Etiologi: Dentin terekspos, karies, restorasi yang dalam.
      • Gejala: Nyeri tajam dimana akan hilang setelah stimulus dihentikan (tidak spontan).
      • Pemeriksaan klinis: Karies, trauma oklusi, fraktur. Tes vitalitas (+), tes perkusi (-).
      • Pemeriksaan radiografi: Membran periodontal, lamina dura dan periapikal normal; ada karies.
    • Persiapan
      • Operator
        • Menggunakan jas, masker, cuci tangan 6 langkah WHO, handscoon
      • Alat dan bahan
        • Alat dasar (kaca mulut, pinset, sonde, ekskavator), alat dan bahan anastesi, alat tambahan (sonde lurus, bur bundar, bur fisur, spatel semen, stopper semen, ash 49, spatel plastik), alat untuk pemasangan rubber dam, handpiece, cotton roll, cotton bud, povidone iodine, K-File, syringe, NaOCL, jarum ekstirfasi, paper point steril, bahan pengisi saluran akar (ZnOE, pasta KRI (ZnOE+Iodoform), atau Vitapex (Kalsium Hidroksida+Iodoform)), glass lab, plugger.
    • Tahap perawatan dapat dibagi menjadi single visit dan multi visit.
      • Single visit: Karies luas dengan keterlibatan pulpa radikular tanpa perubahan jaringan apikal. Perdarahan warna merah tua, mengalir lambat, dan tidak terkontrol.
      • Multi visit: Nekrosis pulpa, keterlibatan jaringan periapikal, lesi infeksi, abses, sinus koronitis, gigi sulung non-vital.
      • Langkah-langkah single visit treatment
        • Foto periapikal gigi yang akan dirawat.
        • Tindakan asepsis (povidone iodine + cotton roll).
        • Anastesi topikal.
        • Insersi jarum di titik injeksi, bevel menghadap tulang, aspirasi.
        • Deponirkan 0,5 cc di mucobucofold dan 0,5 cc di palatal.
        • Evaluasi anastesi lokal dengan tes blanching.
        • Isolasi area kerja dengan rubber dam.
        • Preparasi kavitas dengan bur bundar hingga atap kamar pulpa terbuka, orifis terlihat, dan terbentuk straight line access.
        • Pastikan semua jaringan pulpa koronal terangkat.
        • Evaluasi dan kontrol perdarahan dengan cotton pellet.
        • Ekstirpasi pulpa radikular dengan file endodonti.
        • Preparasi biomekanis dengan file 15 hingga 35.
        • Irigasi hidrogen peroksida salina atau klorheksidin.
        • Keringkan dengan cotton pellet dan paper point selama 30 detik.
        • Isi saluran akar dengan bahan pengisi, seperti zinc okside eugenol.
        • Campurkan zinc okside eugenol di paper pad lalu ambil dengan amalgam carries, kemudian masukkan ke saluran akar dan kamar pulpa serta padatkan dengan amalgam plugger.
          • Metode lain: Aplikasikan selapis tipis zinc oxide eugenol pada file/paper point lalu tempatkan pada saluran akar. Selanjutnya, bentuk campuran tebal ZOE yang dipadatkan seperti cone dan masukkan ke saluran akar dengan cotton pellet lembab sebagai kondensor.
        • Foto periapikal untuk memeriksa saluran akar yang terisi.
        • Instruksi pasien untuk kontrol 1-2 minggu setelah perawatan.
    • Rencana restorasi paska perawatan
      • Restorasi SSC (molar), restorasi strip crown (gigi anterior), restorasi komposit.
    • Instruksi paska perawatan
      • Lakukan radiografi periapikal paska operatif.
      • Tidak mengunyah dengan gigi yang direstorasi SSC (24 jam), diet setengah lunak.
      • OHI.
      • Jika pasien merasa ketidaknyamanan ringan maka dapat diberikan obat analgesik.
      • Jika ada gejala akut maka pasien diharapkan datang kembali.
      • Instruksi kontrol periodic setiap 6 bulan.
    • Tanda kegagalan perawatan
      • Resorbsi akar patologis.
      • Radiolusensi di furkasi dan periapikal.
      • Rasa nyeri.
      • Pembengkakan.
      • Peningkatan mobilitas.
      • Fistula.
      • Gigi terlalu cepat/lambat tanggal.
    • Penanggulangan kegagalan perawatan: Re-treatment pulpektomi atau ekstraksi.
____________________________________________________
  • Apeksogenesis
    • Definisi: Perawatan pulpa vital dengan cara capping/pulpotomi pada gigi permanen muda agar pembentukan akar dan penutupan apeks dapat dilanjutkan.
    • Indikasi: 1) Gigi tetap dengan pulpa vital yang mengalami trauma/keterlibatan pulpa (apeks akar belum tertutup sempurna); 2) Tidak ada nyeri spontan; 3) Tidak sensitif terhadap perkusi; 4) Tidak ada perdarahan; 5) Gambaran radiografi normal.
    • Kontraindikasi: 1) Adanya pulpa radikular yang mengalami perubahan degenerative; 2) Drainase pus; 3) Riwayat sakit spontan; 4) Debris nekrotik pada saluran akar; 5) Gambaran radiolusen di periapikal.
    • Diagnosis: Pulpitis reversible dengan akar terbuka.
      • Definisi: Inflamasi ringan-sedang pulpa dan kondisi pulpa sembuh/kembali normal setelah manajemen etiologi tepat.
      • Etiologi: Dentin terekspos, karies, restorasi yang dalam.
      • Gejala: Nyeri tajam dimana akan hilang setelah stimulus dihentikan (tidak spontan).
      • Pemeriksaan klinis: Karies, trauma oklusi, fraktur. Tes vitalitas (+), tes perkusi (-).
      • Pemeriksaan radiografi: Membran periodontal, lamina dura dan periapikal normal; ada karies.
    • Diagnosis banding: Pulpitis irreversible
      • Definisi: Kondisi inflamasi pulpa presisten, simtomatik atau asimtomatik, akibat stimulus berbahaya.
      • Etiologi: Keterlibatan bakteri pada pulpa melalui karies, injuri (termal, kimia, mekanis) dan pulpitis reversible yang tidak dirawat.
      • Gejala: 1) Nyeri tajam akibat perubahan suhu, makan manis/asam dan tidak hilang saat stimulus dihentikan; 2) Nyeri spontan yang tajam, menusuk, intermiten dan terus menerus; 3) Nyeri bertambah berat saat bungkuk/baring; 4) Nyeri menyebar; 5) Nyeri pada malam hari. 
    • Tahap perawatan
      • Anastesi lokal dan isolasi area kerja dengan rubber dam.
      • Buang semua lesi karies dan buka atap kamar pulpa dengan bur bundar.
      • Bersihkan sisa debris dan kontrol perdarahan dengan cotton pellet yang dibasahi saline.
      • Bilas dengan sodium hiperklorit 1,25% NaOCl.
      • Isi kamar pulpa dengan kalsium hidroksida/MTA.
      • Aplikasikan tambalan sementara.
      • Radiografi follow up secara periodik.
      • Jika perkembangan akar selesai, lakukan PSA konvensional.
    • Rencana restorasi paska perawatan
      • Setelah pembentukan dan penutupan akar selesai: PSA secara konvensional; restorasi tetap bahan komposit.
    • Instruksi paska perawatan
      • Tidak makan, minum, kumur selama 1 jam.
      • Intruksi pasien kontrol 1 minggu setelah perawatan.
    • Instruksi saat kontrol
      • Instruksi pasien untuk kontrol rutin setiap 6 bulan (cek vitalitas dan maturase apikal).
      • Perhatikan tanda dan gejala, tes vitalitas pulpa & foto radiograf.
    • Tanda kegagalan perawatan
      • Terdapat kegagalan perawatan; tidak adanya penutupan apikal; gejala nyeri dan sensitif; pemeriksaan radiografi menunjukkan radiolusensi di apikal.
    • Penanggulangan kegagalan perawatan
      • Jika apeks masih terbuka dan bergejala sakit spontan, diskolorasi, abses, dan mobilitas, maka perlu dilakukan apeksifikasi.
____________________________________________________
  • Apeksifikasi 
    • Definisi: Perawatan pulpa non-vital dengan cara capping/pulpotomy pada gigi permanen muda agar pembentukan akar dan penutupan apeks dapat dilanjutkan. 
    • Pembentukan akar apeks sempurna setelah 3 tahun pasca erupsi.
    • Saat melakukan pengukuran panjang kerja (UPK) dan obturasi medikamen, tidak boleh merusak periapikal.
    • Teknik yang digunakan adalah one visit endo.
    • Bahan MTA baik untuk digunakan sebab dapat menginduksi stem cell from apical papillae (SCAP) yang menginduksi penutupan apikal akar. 
      • Komposisi yang baik untuk MTA adalah 3:1 (Bubuk: cairan).
      • Teknik pengaplikasian terbaik MTA adalah dengan Micro Apikal Placement System (MAPS)
      • -> MAPS
____________________________________________________

Catatan Tambahan
Beberapa tes yang dilakukan pada pemeriksaan gigi deidui:
  • Tes vitalitas paling tepat untuk gigi desidui adalah tes bur, karena anak belum dapat membedakan rasa sakit dan ngilu. Tes bur dilakukan pada dasar kavitas dengan bur bundar kecepatan rendah secara intermiten dan tekanan rendah. Jika anak tidak bereaksi, maka lakukan bur secara terus menerus hingga eksponasi pulpa terjadi. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya nekrosis parsial. 
  • Pemeriksaan jaringan periapikal dilakukan dengan menggunakan tes perkusi dan tes tekan. Jika terdapat reaksi (+), maka dapat didiagnosa bahwa pasien mengalami gangguan periapikal dan terindikasi untuk dilakukan pencabutan gigi/ekstraksi karena jika dibiarkan meluas, hal ini dapat mengganggu tumbuh kembang gigi permanen.
    • Tes perkusi dilakukan dengan mengetuk ujung intrumen pada gigi yang bermasalah dan normal.
    • Tes tekan dilakukan dengan menginstruksikan pasien untuk menggigit cotton roll.
Pulpektomi non-vital secara ringkas:
  • Tidak perlu anastesi lokal karena gigi sudah non-vital.
  • Isolasi area kerja.
  • Buang jaringan karies dengan bur karbid.
  • Access opening dengan hanya membuang atap kamar pulpa, tidak membuang dinding kamar pulpa, dan membentuk straight line access
  • Foto rontgen untuk menentukan ukuran panjang kerja (UPK).
  • Preparasi saluran akar, ekstirpasi, cleaning and shaping.
  • Irigasi dengan NaOCl pada dosis setengah dari dewasa (1,25%) atau bisa menggunakan klorheksidin.
  • Obturasi medikamen yang dapat teresorbsi, seperti ZnOE, Iodoform, atau Ca(OH)2.
Medikamen atau bahan pengisi saluran akar pada restorasi pulpa gigi desidui/sulung harus dapat terdegenerasi agar tidak menyebabkan iritasi pada gigi desidui. Penggunaan gutapercha atau MTA tidak disarankan untuk perawatan pulpa gigi desidui. Pada gigi desidui, epitel hertwig masih aktif dalam meresorbsi akar sehingga bahan pengisi saluran akar dan pulpa harus mudah teresorbsi untuk mencegah terjadinya persistensi gigi sulung.

Beberapa pertimbangan dalam menentukan diagnosa dan rencana perawatan pada perawatan gigi anak adalah:

  • Usia erupsi anak, usia tanggal gigi, gigi pengganti.
    • Contoh: Jika usia anak dibawah 4,5 tahun, gigi insisif yang nekrosis perlu dirawat. Sedangkan jika diatas 4,5 tahun, gigi insisif yang nekrosis harus diekstraksi karena dapat menyebabkan delayed eruption.
  • Tampilan klinis dan intraoseous.
  • Keadaan oklusi anak, kooperasi anak, riwayat medis (kelainan jantung kongenital, tidak boleh PSA), resiko karies, dan motivasi orang tua.
____________________________________________________

Erupsi Gigi Sulung dan Permanen
Urutan pertumbuhan gigi sulung secara ringkas
(Dokumen pribadi penulis)
Usia pertumbuhan gigi sulung berdasarkan skema urutan diatas:
  1. Insisif 1 RB = 6-10 Bulan
  2. Insisif 1 RA = 8-12 Bulan
  3. Insisif 2 RA = 9-13 Bulan
  4. Insisif 2 RB = 10-16 Bulan
  5. Molar 1 RA = 13-19 Bulan
  6. Molar 1 RB = 14-18 Bulan
  7. Caninus RA = 16-22 Bulan
  8. Caninus RB = 17-23 Bulan
  9. Molar 2 RB = 23-31 Bulan
  10. Molar 2 RA = 25-33 Bulan
Urutan pertumbuhan gigi permanen secara ringkas
(Dokumen pribadi penulis)
Usia pertumbuhan gigi permanen berdasarkan skema urutan diatas:
  1. Insisif 1 RB = 6-7 Tahun
  2. Molar 1 RA = 6-7 Tahun
  3. Molar 1 RB = 6-7 Tahun
  4. Insisif 1 RA = 7-8 Tahun
  5. Insisif 2 RB = 7-8 Tahun
  6. Insisif 2 RA = 8-9 Tahun
  7. Caninus RB = 9-10 Tahun
  8. Premolar 1 RB = 10-12 Tahun
  9. Premolar 1 RA = 10-11 Tahun
  10. Premolar 2 RA = 10-12 Tahun
  11. Premolar 2 RB = 11-12 Tahun
  12. Caninus RA = 11-12 Tahun
  13. Molar 2 RB = 11-13 Tahun
  14. Molar 2 RA = 12-13 Tahun
  15. Molar 3 RB = 17-21 Tahun
  16. Molar 3 RB = 17-21 Tahun
____________________________________________________

Sumber: Lecture dari Dr. drg. Risti Saptarini Primarti, Sp.KGA dan Dr. Eriska Riyanti drg., Sp.KGA.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BM / BEDAH MULUT (Catatan UKMP2DG)

Latihan Soal (Seluruh Departement)

IPM (Catatan UKMP2DG)