Trauma Oklusi dari Tekanan Oklusal (Faktor, Jenis, dan Respon Jaringan)

Dampak gaya oklusal terhadap periodonsium dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: 1) Magnitute (Respon pelebaran ligamen periodontal, pertambahan jumlah serat pada ligamen periodontal, pertambahan densitas tulang alveolar); 2) Arah (Perubahan arah dari gaya oklusal menyebabkan reorientasi tarik menarik di jaringan periodontal)-Gaya lateral (Horizontal) & gaya rotasi lebih berpotensi mengakibatkan injury pada jaringan periodontal; 3) Durasi (Tekanan konstan pada oklusal lebih merusak tulang dibandingkan tekanan secara intermitten); 4) Frekuensi (Semakin sering gaya intermitten diberikan ke oklusal, semakin merusak tulang). 

Terminologi. Traumatik oklusi adalah gaya oklusal berlebih. Traumatik oklusi yang tidak didukung atau diakomodir oleh kapasitas adaptif yang baik, dapat menyebabkan injuri pada jaringan. Injuri pada jaringan ini disebut sebagai trauma oklusi. Jadi, traumatik oklusi dan trauma oklusi itu berbeda; yang menjadi diagnosa adalah trauma oklusi.

Trauma oklusi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan faktor pembandingnya, diantaranya:
  • Berdasarkan perjalanan penyakitnya:
    • Trauma oklusi akut
      • Etiologi: Dampak dari beban oklusal berat yang tiba-tiba (Seperti menggigit objek yang sangat keras), restorasi/protesa yang mengganggu dan mengubah arah dari gaya oklusal ke gigi. 
      • Karakteristik: Rasa nyeri pada gigi, sensitivitas terhadap perkusi, terdapat kegoyangan gigi.
    • Trauma oklusi kronis
      • Etiologi: Perubaan gradual pada oklusi yang dihasilkan dari keausan pada gigi, drifting, dan ekstrusi pada gigi dikombinasi dengan parafungsi seperti bruxism dan clenching.
      • Signifikansi klinis: Menyebabkan perubahan pada jaringan periodontal ditandai dengan pelebaran PDL space.
  • Berdasarkan etiologi:
    • Trauma oklusi primer: Perubahan pada gaya oklusal, baik arah maupun besar beban.
      • Etiologi: Tambalan yang high filling, protesa yang menyebabkan gigi abutment dan gigi antagonis menerima beban oklusi berlebih, gigi yang drifting dan ekstrusi akibat space dari gigi hilang yang tidak diganti gigi tiruan, pergerakan gigi dari alat ortho yang tidak dapat diterima secara fungsional.
      • Signifikansi klinis: Tidak mengakibatkan kehilangan perlekatan, tidak menginisiasi pembentukan poket.
    • Trauma oklusi sekunder: Penurunan kapasitas jaringan periodontal dalam menahan beban oklusal.
      • Etiologi: Kapasitas adaptif jaringan untuk menahan beban oklusal terganggu oleh kehilangan tulang akibat inflamasi. Dampak dari inflamasi diantaranya: Kurangnya perlekatan, mengubah pengaruh pada jaringan yang tersisa, periodonsium rentan cedera, beban oklusal yang sebelumnya dapat ditoleransi menjadi traumatik. Trauma oklusal sekunder juga dapat dipengaruhi oleh keadaan sistemik yang menurunkan resistensi jaringan periodontal. 
      • Signifikansi klinis: Pengurangan tulang dan atau pengurangan perlekatan yang menyebabkan poket.
Jaringan periodontal akan memberikan reaksi terhadap peningkatan tekanan oklusal. Terdapat beberapa jenis tekanan, seperti tekanan ringan, tekanan besar dan tekanan sangat besar. Tahapan respon jaringan terhadap peningkatan tekanan oklusal, diantaranya:
  • Stage 1 - Injury
    • Pada tahap injuri akibat tekanan ringan, akan terjadi pemanjangan serat-serat ligamen periodontal yang diikuti dengan aposisi tulang alveolar. Jumlah pembuluh darah berkurang dan ukurannya pun mengecil.
    • Pada tahap injuri akibat tekanan berlebih/besar, akan terjadi tekanan dari serat-serat ligamen periodontal sehingga membentuk area hyalinisasi. Akibatnya, terjadi kerusakan fibroblas dan kematian sel-sel jaringan ikat dan terbentuk area nekrosis pada ligamen periodontal. Perubahan pada pembuluh darah pun ikut terjadi: 30 Menit pertama akan terjadi hambatan dan statis pada pembuluh darah; 2-3 Jam kemudian, pembuluh darah akan penuh dengan eritrosit akan terfragmentasi; 1-7 Hari, akan terjadi disintegrasi dinding pembuluh darah dan pelepasan kandungan ke jaringan sekitarnya. Sebagai tambahan, hal ini dapat menyebakan peningkatan resorpsi tulang alveolar dan gigi.
    • Pada tahap injuri akibat tekanan yang sangat besar, akan menyebabkan pelebaran ligamen periodontal, trombosis, perdarahan, robeknya ligamen periodontal, dan resorpsi tulang alveolar. Tekanan ini dapat membuat nekrosis ligamen periodontal dan tulang alveolar. Resorpsi tulang dari ligamen periodontal yang masih vital dan bersebelahan dengan daerah nekrotik dan sumsum tulang disebut sebagai undermining resorption).
  • Stage 2 - Repair
    • Ketika tulang teresorbsi akibat tekanan oklusal,  tubuh akan memperkuat trabekula tulang yang tipis dengan membentuk sel tulang baru. Proses ini disebut sebagai buttressing bone formation. Proses ini menjadi hal yang sangat penting dalam proses reparasi. Proses ini juga terjadi pada saat tulang hancur karena inflamasi. Buttressing bone formation dapat terjadi didalam rahang (Central buttressing) dan pada permukaan tulang (Peripheral buttressing).
      • Central buttressing: Sel endosteal akan mendeposit tulang baru yang kemudia memperbaiki trabekula tulang dan mengurangi ukuran ruang sumsum. 
      • Peripheral buttressing: Terjadi pada permukaan fasial dan lingual dari tulang alveolar. Bergantung pada tingkat keparahannya, peripheral buttressing dapat membentuk penebalan shelflike pada margin tulang alveolar. Hal ini sering disebut sebagai lipping.
  • Stage 3 - Adaptive Remodeling 
    • Ketika proses reparasi tidak dapat mengimbangi proses destruksi akibat oklusi, maka jaringan periodontal akan melakukan remodelling untuk membuat relasi struktur sehingga tekanan oklusi tidak lagi merusak jaringan. Akibatnya, terjadilah pelebaran ligamen periodontal yang berbentuk corong di puncak tulang dan kerusakan pada sudut tulang tanpa disertai formasi poket. Gigi yang terlibat akan melonggar dan peningkatan vaskularisasi pun terjadi. 
Selain karena tekanan berlebih, tekanan oklusal yang tidak memadai juga dapat memberikan dampak pada jaringan periodontal. Dampak dari tekanan oklusal yang tidak cukup adalah: 1) Merusak jaringan periodontal pendukung; 2) Penipisan ligamen periodontal; 3) Atrofi serat; 4) Osteoporosis tulang alveolar; 5) Penurunan tinggi tulang; 6) Hipofungsi (Hubungan open-bite, tidak adanya antagonis fungsional, kebiasaan mengunyah unilateral).

Trauma dari oklusi bersifat reversible, yang berarti dapat berulang kembali. Ketika dampak dari tekanan artifisial dihilangkan, maka jaringan dapat melakukan perbaikan. Meskipun trauma dari oklusi bersifat reversible, trauma yang dihasilkan tidak dapat memperbaiki diri sendiri dengan cepat sehingga dampaknya tidak selalu bersifat sementara atau memiliki signifikansi klinis yang terbatas. Jika kondisinya tidak memungkinkan gigi untuk lepas dari tekanan oklusal yang berlebihan, maka kerusakan periodontal akan menetap dan memburuk. Adanya inflamasi pada periodonsium sebagai akibat dari akumulasi plak dapat mengganggu reversibilitas lesi traumatik.

Sumber: Newman MG, Takei H, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza's clinical periodontology. Elsevier health sciences; 2011 Feb 14.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Latihan Soal (Seluruh Departement)

BM / BEDAH MULUT (Catatan UKMP2DG)

IPM (Catatan UKMP2DG)