Penjelasan Pengisian Status Periodonsia Secara Ringkas

Status periodonsia merupakan kumpulan informasi berkaitan dengan kesehatan jaringan periodontal, yang terdiri atas gingiva, sementum, tulang alveolar dan ligamen periodontal. Hal pertama yang perlu diisi pada status periodonsia adalah identitas pasien, meliputi: 1) Nama (Identifikasi dan konfirmasi pasien); 2) Pekerjaan (Mengetahui kebiasaan yang dilakukan di pekerjaan dan menganalisa hubungannya dengan penyakit periodontal); 3) Alamat (Mengetahui daerah tempat tinggal pasien serta mengkonfirmasi identitas); 4) Agama (Mengetahui kebiasaan dalam agama yang dapat memengaruhi jaringan periodontal); 5) Status kawin (Mengetahui pengaruh hormonal pada wanita seperti saat hamil, menopause, menstruasi dan pubertas pada pria); 6) Umur (Memengaruhi prognosis); 7) Jenis kelamin (Melihat efek hormonal); 8) Tanggal pemeriksaan (Diisi dengan tanggal saat dimulainya anamnesa). 

Selanjutnya adalah pengisian keluhan utama pasien untuk mengetahui alasan utama kunjungan pasien. Proses pengumpulan informasi dari pasien yang dilakukan oleh dokter disebut dengan anamnesa. Umumnya, dokter gigi akan menanyakan empat topik fundamental pada anamnesa berkaitan dengan riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat sosial ekonomi pasien. Pada anamnesa riwayat penyakit sekarang, dokter akan memberikan tujuh pertanyaan utama, berkaitan dengan: 1) Lokasi keluhan (Apakah menyebar atau tidak); 2) Onset dan kronologi (Kapan terjadinya dan sudah berapa lama?); 3) Kualitas keluhan (Ringan atau berat dan seberapa sering terjadi); 4) Kuantitas keluhan (Rasa nyerinya seperti apa?); 5) Faktor yang memperberat keluhan; 6) Faktor yang memperingan keluhan; 7) Analisis sistem yang menyertai keluhan. Semua hal ini akan diperdalam dalam pemerikaan selanjutnya. 

Setelah mengetahui keluhan utama pasien, maka dokter melanjutkan dengan pengamatan data periodontik. Hal ini terdiri atas delapan poin penting, diantaranya:
  • Riwayat perawatan gigi yang lalu
    • Poin ini menjadi hal yang penting untuk mengetahui gambaran dari riwayat perawatan yang telah diterima oleh pasien, serta mengetahui tingkat kesadaran dan motivasi pasien dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya. Beberapa pertanyaan yang diajukan berkaitan poin ini adalah: Tanggal terakhir melakukan perawatan, jenis perawatan yang dilaksanakan, dan frekuensi perawatan rutin yang dilakukan.
  • Alasan gigi hilang
    • Operator perlu mengetahui alasan suatu gigi hilang guna memprediksi diagnosis gigi dan jaringan periodontal yang masih ada. Beberapa alasan yang umum menyebabkan hilangnya gigi adalah: Gigi berlubang/karies, trauma, gangguan/unerupted, terlepas sendiri. Setelahnya, operator akan menanyakan alasan tidak mengganti gigi yang hilang dengan gigi tiruan. 
  • Riwayat sakit gigi
    • Pertanyaan ini beguna untuk menggali informasi berkaitan dengan sumber keluhan utama dan mengukur seberapa urgen suatu perawatan emergensi perlu dilakukan. Jawaban dari riwayat sakit gigi pasien akan didasari dari keluhan utama pasien. Hal lain yang perlu ditanyakan adalah keluhan pasien terhadap penyakit gingiva dan periodontal pada area yang tidak ada gejala sebelumnya, seperti rasa kotor pada mulut, gatal pada gusi, dan lainnya. Variasi sakit yang ditimbulkan pun perlu dikonfirmasi, seperti sakit yang hilang timbul, sakit ketika makan, menyebar,  berdenyut, sensitive terhadap panas dingin, rasa terbakar dan sensitive ketika bernapas.
  • Pengetahuan tentang penyakit periodontal
    • Melalui poin ini, operator dapat mengetahui tingkat pengetahuan pasien terhadap jaringan periodontal dan penyakitnya. Beberapa pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui poin ini adalah: 1) Awal mula munculnya penyakit (Untuk mengetahui sifat penyakit yang kronis atau akut); 2) Daerah yang terganggu (Terlokalisir atau menyeluruh); 3) Derajat keparahan kelainan jika dihubungankan dengan jenis makanan tertentu (keras, asam, dingin, berhubungan dengan defisiensi nutrisi & mineral), siklus menstruasi (lebih sensitive, mudah membesar, mudah berdarah), frekuensi dan teknik menyikat gigi (Memastikan ukuran sikat gigi dan kecepatan menyikat gigi); 4) Identifikasi keluhan bila gusi terasa sensitif, membengkak, perdarahan, ANUG, kelainan mukosa, dan kebiasaan buruk pada oral. 
  • Perawatan periodontal yang lalu
    • Operator perlu mengetahui tanggal terakhir dilakukannya perawatan periodontal oleh pasien untuk menjadi gambaran dari perawatan periodontal yang akan diberikan pada pasien serta menjadi gambaran tingkat kesadaran dan motivasi pasien terhadap kesehatan jaringan periodontal. Selanjutnya, operator perlu mengetahui jenis perawatan yang diberikan dari dokter gigi sebelumnya. Beberapa perawatan yang mungkin dilakukan pasien diantaranya: 1) Perawatan jaringan lunak (Penghilangan inflamasi gingiva, penghilangan poket gingiva, koreksi tepi gingiva, perbaikan bentuk proksimal); 2) Perawatan fungsional (Occlusal adjustment, restorasi, prostetik, ortodontik, splinting); 3) Sistemik; 4) Perawatan pemeliharaan (DHE, OHI, occlusal adjustment, recall, follow up radiograph).
  • Pemeliharaan oral hygiene
    • Melalui poin ini, operator dapat mengetahui cara pasien dalam mencegah terjadinya penyakit periodontal dan kambuhnya penyakit tersebut. Beberapa pertanyaan untuk memenuhi poin ini adalah: Identifikasi frekuensi menyikat gigi per hari beserta waktunya, jenis sikat gigi yang digunakan, metode menyikat gigi, jenis pasta gigi, dan alat bantu lain yang digunakan.
  • Riwayat pemeriksaan medis
    • Pemeriksaan riwayat medis menjadi hal yang penting untuk mendiagnosa manifestasi oral dari penyakit sistemik serta untuk menemukan kondisi sistemik yang dapat mempengaruhi respon jaringan periodontal terhadap faktor lokal atau penanganan khusus. Beberapa pertanyaan untuk mengetahui riwayat medis pasien, diantaranya: 1) Apakah pasien sedang dalam perawatan dokter? Dan perawatan apa?; 2) Riwayat rawat inap dan pembedahan; 3) Riwayat pengobatan; 4) Riwayat penyakit menular; 5) Perdarahan abnormal; 6) Riwayat alergi; 7) Informasi pubertas, menopause, menstruasi, kehamilan dan keguguran; 8) Riwayat medis keluarga.
  • Pemeriksaan khusus
    • Pemeriksaan khusus berfungsi untuk mengevaluasi kondisi sistemik, membantu dalam diagnose penyakit sistemik yang berlanjut menjadi penyakit periodontal, dan berfungsi dalam menyusun rencana perawatan. Pemeriksaan khusus meliputi: 1) Pemeriksaan darah (Hb, leukosit, eritrosit, laju endap darah, trombosit, bleeding time, clotting time, glukosa puasa, glukosa 2 jam PP setelah makan, dan golongan darah); 2) Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan ekstraoral yang meliputi muka, mata, bibir, leher dan temporomandibular joint (TMJ). Mari kita bahas satu per satu.
  • Muka
    • Mengamati dan memeriksa kesimetrisan, pembengkakan yang mungkin terjadi dan kelainan kulit lainnya.
  • Mata
    • Mengamati dan memeriksa warna sklera (Normal atau ikterik/kekuningan), ukuran pupil dengan menggunakan pen light (Iskhor/sama besar atau non-isokhor/berukuran berbeda), dan konjungtiva (Anemis/kemerahan atau non-anemis).
  • Bibir
    • Memeriksa dengan meraba/palpasi dan melihat/visual adanya kelainan pada warna bibir, permukaan bibir, relasi bibir (Kompeten atau inkompeten), dan ketegangan otot bibir (Hipotonus atau hipertonus atau normal).
  • Leher
    • Memeriksa dengan mempalpasi kelenjar getah bening di leher (limfonodi preauricular, auricular posterior, occipitalis, submandibularis, submentalis, cervicalis superficialis,  cervicalis posterior, cervicalis profunda dan supraklavikula). Normalnya adalah tidak teraba dan pasien tidak merasa sakit. Jika terdapat pengerasan, dapat menjadi indikasi infeksi, keganasan, atau sisa perubahan fibrosis. Kulit diatas kelenjar getah bening yang mengalami inflamasi dapat menjadi merah dan terasa hangat. 
  • TMJ
    • Memeriksa dengan melakukan palpasi, ditekan dengan tekanan rendah pada area anterior meatus akustikus eksterna dan menginstruksikan pasien untuk membuka-menutup mulut. Dengar dan lihat apakah ada suara clicking/crepitus dan deviasi atau tidak. Tanyakan juga kepada pasien, apakah terasa sakit saat membuka mulut atau tidak.
Setelah dilakukan pemeriksaan ekstraoral, dilanjutkan dengan pemeriksaan intraoral yang meliputi mukosa oral, gingiva, frenulum, eksudat sulkus, perkusi, mobilitas, dan oklusi.  Mari kita bahas satu per satu.
  • Mukosa oral
    • Perhatikan lapisan mukosa labial, bukal, palatal, mukobukal fold dan frenulum. Lakukan palpasi dan amati ada tidaknya lesi, warna, lokasi, bentuk, permukaan (peninggian), ukuran dan tepi. Mukosa oral dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan fungsi dan letak, yakni:
      • Mukosa mastikasi: Attached gingiva dan palatum durum, mengandung epitel skuamosa (gepeng) berlapis berkeratin, beradaptasi terhadap tekanan kunyah, melekat pada tulang dan tidak stretch.
      • Lining mucosa: Mengelilingi semua permukaan rongga mulut, mengandung epitel skuamosa (gepeng) berlapis non-keratin, melekat pada otot pengunyahan, dapat berkontraksi dan relaksasi.
      • Specialized mucosa: Dorsum lidah, mengandung epitel skuamosa (gepeng) berlapis berkeratin, membentuk papilla pengecapan.
  • Gingiva
    • Perhatikan bentuk, warna, konsistensi, pitting test, stippling, permukaan, resesi, interdental papilla, stillman’s cleft, mc call’s festoon. (Untuk penjelasan lebih lengkap, dapat klik disini ya).
  • Frenulum: 
    • Pemeriksaan abnormalitas perlekatan frenulum secara visual, biasanya dilakukan dengan blanch test, dengan memberikan tensi/tegangan saat menarik frenulum (mengangkat bibir keatas dan depan sampai frenulum meregang erat) dan mengamati daerah iskemi (pucat) dan bentuk dari frenulum.
  • Pemeriksaan eksudat sulkus
    • Pemeriksan ini berguna untuk membantu menemukan daerah asal sakit yang tidak dapat dilokalisasi pasien. Hal ini dilakukan dengan cara palpasi mukosa oral di area lateral dan apikal pada gigi dan palpasi jaringan periodontal yang mengalami infeksi (umumnya akan menghasilkan eksudat).
  • Perkusi
    • Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya inflamasi pada jaringan periodontal, dengan cara mengetuk gigi menggunakan ujung instrumen. Perkusi ringan di berbagai sudut sumbu panjang gigi dapat membantu mengidentifikasi lokalisasi area yang mengalami inflamasi.
  • Mobility/kegoyangan gigi
    • Memeriksa derajat kegoyangan gigi dengan cara vermitus atau manual. Cara vermitus dilakukan dengan menginstruksikan pasien untuk beroklusi sentrik, lalu jari operator akan mempalpasi gigi pasien saat berkontak dan merasakan ada tidaknya kegoyangan. Cara manual dilakukan dengan menggunakan 1 instrumen dan 1 jari diantara gigi atau dengan 2 instrumen diantara gigi, kemudian digerakkan ke segala arah. Klasifikasi kegoyangan gigi adalah: 1) Grade 1 ketika terdapat pergerakan kurang dari 1 mm dari arah bukolingual; 2) Grade 2 ketika terdapat pergerakan 1-2 mm dari arah bukolingual; 3) Grade 3 ketika terdapat pergerakan lebih dari 2 mm dari arah bukolingual atau vertikal-oklusal. 
  • Oklusi
    • Pemeriksaan oklusi dilakukan dengan melihat ada tidaknya kontak prematus (Menggunakan articulating paper), faset permukaan (Atrisi, abrasi, erosi, abfraksi: sebutkan gigi yang terlibat), dan geligi yang tidak beraturan (Sebutkan gigi yang terlibat dan regionya).
    • Pemeriksaan kontak prematur: Pasien diposisikan duduk tegak, posisikan kertas artikulasi, arahkan pasien untuk oklusi sentrik.
    • Faset pembukaan:
      • Atrisi: Gesekan oklusal yang dihasilkan dari kontak fungsional dengan gigi lawan, dapat terjadi pada insisal, oklusal, dan permukaan proksimal gigi.  Umumnya terjadi di insisal gigi anterior.
      • Abrasi: Keausan mekanis selain dari pengunyahan. Abrasi berbentuk baji dengan permukaan halus dan mengkilap. Umumnya disebabkan karena teknik sikat gigi yang terlalu kasar sehingga berdampak pada banyak gigi.
      • Erosi: Depresi pada permukaan gigi berbentuk baji tajam, sering terjadi di daerah servikal bagian fasial gigi. Umumnya disebabkan karena iritan kimiawi seperti zat asam.
      • Abfraksi: Beban oklusal yang menyebabkan mikrofraktur serta hilangnya substansi gigi di daerah servikal. Umumnya hanya berdampak pada satu gigi dengan atau tanpa gigi tetangganya.
    • Perawatan kegoyangan gigi:
      • Penjelasan lebih lengkap seputar trauma oklusi dapat diakses dengan klik disini, ya!
  • Probbing poket periodontal 
    • Jenis probe:
    • Kedalaman poket periodontal merupakan jarak antara poket dengan puncak margin gingival. Terdapat 2 jenis poket, yakni: 1) Biologis: Jarak dari dasar poket hingga margin gingival; 2) Klinis: Panjang probe yang dapat masuk kedalam poket. Dalam pemeriksaan intraoral, operator menggunakan poket klinis sehingga perlu diperiksa menggunakan probe. Nilai normal dari poket adalah 2-3 mm. Melalui probbing, operator dapat mengetahui kedalaman poket dan memeriksa ada tidaknya bleeding on probing (BOP)

    • Cara memeriksa kedalaman poket dengan probbing adalah: 1) Insersi probe sejajar dengan sumbu panjang gigi sampai dasar poket (Tekanan ringan); 2) Berjalan secara sirkumferensial meliputi 3 titik (distal, servikal, mesial); 3) Lihat skala kedalaman dari probe. Urutan regio probbing adalah:
      • Distal - Mesial regio 1 pada permukaan bukal lalu palatal.
      • Mesial - Distal regio 2 pada permukaan bukal lalu palatal.
      • Distal - Mesial regio 3 pada permukaan bukal lalu palatal.
      • Mesial - Distal regio 4 pada permukaan bukal lalu palatal.
      • Masing masing gigi diperiksa pada 3 titik kedalaman (distal, servikal, mesial) dalam satuan mm, lalu dituliskan pada tabel status periodonsia, contoh 323.
    • Cara memeriksa BOP adalah dengan memasukkan probe ke setiap permukaan gigi (mesial, distal, bukal, palatal) lalu mengamati permukaan mana saja yang mengalami perdarahan. Perdarahan dapat terjadi saat probe diangkat. Perhitungan persentase BOP adalah (Jumlah permukaan BOP / Jumlah sisi yang diperiksa) x 100%. 
Setelah pemeriksaan ekstraoral dan intraoral dilakukan, maka selanjutnya adalah pemeriksaan penunjang berupa radiografi. Didalam foto rontgen, operator dapat mengamati: 1) Pelebaran membran periodontal; 2) Penebalan lamina dura di area lateral, apikal dan bifurkasi; 3) Kerusakan tulang yang mungkin terjadi (Umumnya lebih dominan terjadi secara vertikal dibandingkan horizontal); 4) Peningkatan densitas pada tulang alveolar; 5) Resorbsi akar. Gambaran klinis pada pasien juga dapat menjadi acuan dalam menginterpretasi radiografi, seperti: 1) Dalam masa injury stage, kerusakan membran periodontal dapat menyebabkan kegoyangan gigi; 2) Pada final stage, dapat meningkatkan beban oklusal sehingga menyebabkan pelebaran membran periodontal dan berdampak pada kegoyangan gigi yang semakin parah. 

Pemeriksaan selanjutnya adalah  evaluasi oral hygiene. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik plaque index simplified O’Leary (1972) yakni dengan cara: 1) Meneteskan disclosing agent di bawah lidah pasien, lalu instruksikan pasien mengkumurkannya ke seluruh permukaan gigi, lalu buang; 2) Mencatat skor plak supragingival pada 4 permukaan gigi (Mesial, distal, bukal, dan palatal). Setiap permukaan dengan plak, diberi skor 1 poin; 3) Menghitung plaque index dengan rumus (Jumlah permukaan plak / Jumlah sisi yang diperiksa) x 100%. Jika hasilnya kurang dari 10%, maka oral hygiene dapat dikategorikan baik. 

Tahapan selanjutnya adalah dengan memeriksa model studi. Beberapa hal yang diperiksa adalah: Posisi margin gingiva, hubungan antar cuspal-lingual, inklinasi gigi, hubungan kontak proksimal, dan daerah impaksi makanan. Setelahnya, maka operator dapat memasuki tahap evaluasi perawatan dengan menegakkan diagnosis, etiologi, sikap pasien, dan prognosa. Terdapat beberapa catatan yang dapat menjadi perhatian dalam mengevaluasi perawatan, diantaranya:
  • Diagnosis
    • Umumnya, diagnose ditegakkan sesuai dengan American Academy of Periodontology (AAP). Isi dari AAP ini terus diperbarui setiap tahunnya. 
  • Etiologi
    • Penyebab dari periodontitis umumnya adalah herediter (Defisiensi imun, sindrom, genetic), penyakit sistemik, virus, kebiasaan (Merokok, alcohol, diet, obat), mikroorganisme pathogen (Dimodifikasi dengan OH, plak, dan diet), dan stress negative/faktor psikologis-sosial (Keluarga, asuhan, pekerjaan, sosial-ekonomi, budaya, politik).
  • Sikap pasien
    • Kooperatif atau tidak
  • Prognosis
    • Prognosis dapat dikategorikan menjadi 5 jenis, diantaranya: 1) Baik (Faktor etiologi dapat dikontrol dengan baik, jaringan periodontal baik, faktor sistemik dapat terkontrol); 2) Sedang (Attachment loss kurang lebih 25%/keterlibatan furkasi grade 1, memungkinkan untuk dilakukan perawatan yang adekuat dan Kerjasama pasien baik); 3) Buruk (Attachment loss kurang lebih 50% atau terdapat keterlibatan furkasi grade 2 dan area sulit dirawat); 4) Meragukan (Attachment loss lebih dari 50%, keterlibatan furkasi grade 2 atau 3, terdapat periodontal breakdown, mobility grade 2 atau 3, terdapat faktor lokal atau sistemik); 5) Sangat buruk (Perlekatan yang tidak adekuat, area sulit dirawat, indikasi ekstraksi, faktor sistemik dan lingkungan yang tidak terkontrol).
    • Informasi mengenai grade keterlibatan furkasi, silahkan klik disini!
Setelah semua proses pemeriksaan dicatat, maka sampailah pada tahap akhir yakni menentukan tahapan perawatan. Tujuan dari perawatan adalah menghilangkan infeksi dan peradangan (Immediate goals), rekonstruksi gigi sehat yang memenuhi syarat fungsional dan estetik (Intermediate goals), dan menjaga kesehatan (Long term goals). Proses perawatan terbagi menjadi 5 tahap/fase, diantaranya fase pendahuluan, fase inisial, fase bedah, fase restoratif, dan fase pemeliharaan. Mari kita bahas satu per satu.
  • Fase pendahuluan (Fase 0)
    • Pada fase ini, dilakukan semua perawatan yang merupakan infeksi akut dan menyebabkan rasa sakit pada pasien. Tindakan darurat juga dilakukan pada fase ini, seperti penanganan abses, perawatan saluran akar, pencabutan gigi dengan prognosis sangat buruk atau penggantian dengan gigi sementara jika dibutuhkan (atau dapat dilakukan setelah pasien merasa nyaman).
  • Fase inisial (Fase 1)
    • Pada fase ini, dilakukan eliminasi terhadap faktor etiologi. Hal ini meliputi: Pengendalian plak dan edukasi pasien, scaling dan root planning, perbaikan restorasi dan protesa yang menyebabkan iritasi, ekskavasi karies dan restorasi, terapi antimicrobial (lokal atau sistemik), terapi oklusal, pergerakan minor ortodonti, splinting dan protesa sementara.
  • Fase bedah (Fase 2)
    • Bedah periodontal diindikasikan untuk kasus: Manajemen poket dengan kedalaman lebih besar sama dengan 5 mm, kontur tulang yang tidak berpola atau terbentuk kawah yang dalam, poket pada gigi yang tidak dapat atau sulit dibersihkan dengan sempurna (gigi premolar atau molar), keterlibatan furkasi derajat 2 dan 3, poket infraboni pada area distal molar yang umumnya disertai kelainan mukogingiva karena tidak responsif terhadap terapi non-bedah, dan inflamasi presisten.
  • Fase restorasi (Fase 3)
    • Mencakup restorasi final, pembuatan gigi tiruan lepasan/cekat, protesa periodontal, jenis restorasi lain.
  • Fase pemeliharaan (Fase 4)
    • Pasien akan diberikan jadwal kunjungan secara berkala untuk mencegah rekurensi penyakit. Jadwal antar kunjungan sangat bervariasi sesuai dengan kondisi pasien. Pemeriksaan yang dilakukan secara berkala, diantaranya: Plak dan kalkulus, kondisi gingiva (poket dan inflamasi), kegoyangan gigi, perubahan patologis lainnya. 
Itulah tahapan dalam melakukan pengisian status periodonsia. Beberapa hal spesifik dan pemeriksaan lainnya akan dituliskan dalam postingan yang berbeda. Jika ada yang ingin ditanyakan atau didiskusikan, silahkan tulis pada kolom komentar. Terima kasih atas waktu kalian untuk membaca artikel ini. Semoga bermanfaat.

Sumber:
  • Newman MG, Takei H, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza's clinical periodontology. Elsevier health sciences; 2011 Feb 14.
  • Wolf HF, Hassell TM. Color Atlas of Dental HygienePeriodontology. Thieme; 2006.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Latihan Soal (Seluruh Departement)

BM / BEDAH MULUT (Catatan UKMP2DG)

IPM (Catatan UKMP2DG)